Mulai Mangkal Sejak Usia 17, Sudah Jajal 4 Provinsi
jpnn.com - CIREBON - Satpol PP Kota Cirebon melakukan razia pekerja seks komersial (PSK) di sekitar Terminal Harjamukti dini hari kemarin, Kamis (12/5). Salah seorang perempuan yang terjaring dalam operasi itu ternyata punya cerita cukup mengejutkan mengenai kehidupan di dunia kelam bisnis prostitusi.
Usianya baru 21 tahun, anaknya sudah dua. Bahkan yang paling kecil lahir seminggu lalu. Meskipun sudah punya anak, status perempuan yang sesuai KTP merupakan warga Kelurahan Sukapura, Kota Cirebon itu masih single. Maklum, perempuan bertubuh gemuk ini belum pernah menikah secara resmi.
Dia adalah NL. Saat diinterogasi Satpol PP, dia mengaku mengaku baru saja keluar mangkal setelah sekitar enam hari berada di rumah. Rupanya NL baru sekitar seminggu melahirkan anak keduanya. Meski usianya tergolong muda, untuk urusan jam terbang, NL sudah cukup berpengalaman.
NL mengaku sudah menekuni dunia prostitusi sejak usia 17 tahun. Jika dengan saat ini di Jawa Barat (Cirebon), berarti sudah empat provinsi yang ia jelajahi untuk melakoni “bisnis” ini. Tiga provinsi lainnya adalah Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan.
“Saya tak punya pilihan, hanya lulusan SD dan tak punya keahlian. Jalan ini yang saya pilih. Banyak yang nawarin jadi TKW, tapi saya takut kalau ke luar negri,” aku NL saat ditemui Radar di ruangan bimbingan PPNS Satpol PP Kota Cirebon, kemarin.
Dia pun terpaksa mangkal, karena ia menjadi satu-satunya tulang punggung di keluarga. Ibunya tak bekerja, ayahnya pun sudah menikah dengan wanita lain.
NL pun kini tinggal mengontrak rumah dengan kedua anak beserta ibunya. “Saya tidak menerima tamu yang ngajak check in atau ngajakin main. Baru lahiran semingguan. Kalau ada yang minta ditemenin minum, saya temenin. Saya hanya nyari jajan, belum bisa terima tamu yang ngajak ke hotel,” bebernya.
Selama malang melintang di dunia lendir, NRL pernah mengalami masa jaya dan bergelimang uang ketika bekerja di wilayah jambi. Di tempat tersebut, untuk kencan short time saja, harga paling murah yang harus dibayar pelanggan adalah Rp 400 ribu per jam. Sedangkan di Palembang dan Lampung paling mentok di angka Rp 200 ribu.