Musim Banjir, Wali Kota Dikabarkan ke Belanda
jpnn.com - SAMARINDA - Jelang pergantian tahun, Kota Tepian dihantui bencana. Beberapa wilayah yang menjadi langganan banjir diminta agar waspada banjir dan longsor. Sebab, intensitas curah hujan yang dirilis Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Stasiun Temindung Samarinda menunjukkan grafik peningkatan. Hingga pekan depan, hujan kategori lebat akan terjadi.
Kepala BMKG Stasiun Temindung Samarinda Sutrisno mengatakan, curah hujan di angka 54,0 milimeter per jam. Dilihat dari data rata-rata, Desember dan Mei memang menjadi puncak curah hujan.
“Tak hanya di Samarinda, tapi hampir di semua wilayah Indonesia,” ujarnya, kemarin (24/12).
Menurutnya, curah hujan yang tinggi berpotensi menimbulkan banjir dengan cepat. Sehingga masyarakat diminta tanggap lingkungan. Ini mengingat Samarinda tergolong rawan banjir, meski hujan hanya mengguyur beberapa jam.
Itu yang kembali terlihat kemarin, ketika hujan lebat sejak Rabu dini hari kembali “menenggelamkan” sejumlah titik kota --beberapa ruas jalan bahkan masih tergenang hingga malam tadi.
Ironisnya di tengah ancaman banjir dan longsor, warga mesti berjuang sendiri tanpa dukungan moril Wali Kota Syaharie Jaang. Selaku pengambil kebijakan tertinggi di Samarinda, sang kepala daerah rupanya tak berada di Kota Tepian. Ia baru menginjakkan kaki di ibu kota Kaltim pada 2 Januari nanti.
Keberadaan wali kota pun simpang siur. Informasi dari sejumlah pejabat di Balai Kota pun berbeda-beda. Ada yang menyebut Jaang berada di Jakarta. Ada pula yang menyampaikan sedang di Jogjakarta --kediaman istrinya. Santer juga beredar bersama istrinya Puji Setyowati sedang menemui anaknya yang kuliah di Singapura.
“Bapak izin ke Singapura. ‘Kan ada anaknya sekolah di sana. Bapak bersama ibu. Kami enggak tahu juga kapan berangkat,” kata sumber tersebut kepada Kaltim Post (Grup JPNN.com).