Mutasi Besar-Besaran Ala Tito Hanya Pengulangan Gaya Lama
jpnn.com - JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang belum genap dua pekan menjadi orang nomor satu di Korps Bhayangkara langsung melakukan mutasi besar-besaran. Pengganti Badrodin Haiti itu memutasikan 110 perwira Polri.
Namun, kebijakan Tito itu langsung menuai kritik. Adalah Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane yang menyebut mutasi pertama sejak Tito menjadi Kapolri itu belum menunjukkan perubahan signifikan.
Menurut Neta, mutasi ini masih menunjukkan gaya lama dan tidak sesuai dengan semangat perubahan. Padahal banyak pihak yang mengharapkan Tito bisa segera membawa perubahan besar di Polri.
"Semangat suka atau tidak suka dan semangat kedekatan dengan pihak tertentu masih mewarnai proses mutasi," kata Neta, Sabtu (23/7).
Neta menuturkan, perwira-perwira terbaik Polri yang tidak memiliki kedekatan dengan elite tetap dibiarkan terpuruk tanpa harapan hingga bertahun-tahun tanpa posisi yang jelas. "Sementara ada perwira karena kedekatan dengan elite, baru dua bulan dimutasi kembali dimutasi lagi ke tempat yang lebih basah," ujar Neta.
Ia menjelaskan, pada era Timur Pradopo sebagai Kapolri, jabatan tertentu seperti Direskrimum Polda, Kapolresta, Kapolrestabes posisi penting lainnya hanya boleh diisi perwira yang sudah lulus sekolah calon perwira tinggi (Sespati). Tapi sekarang, katanya, perwira yang belum ikut Sespati bisa menjabat posisi-posisi itu. “Sepertinya ada kemunduran dan sangat jauh dari semangat perubahan," kata dia.
Karenanya IPW meminta Tito mencermati hal itu dengan cara melakukan reformasi total di jajaran Deputi SDM Polri. Tujuannya agar sistem penilaian yang sudah dibangun Polri sejak 10 tahun lalu bisa berjalan efektif, sehingga hanya perwira terbaik yang bisa menempati posisi strategis.