Najelaa Shihab: Saya Dekat dengan Mas Nadiem Sejak Lama
Sebab, banyak juga sekolah Cikal lain, tetapi dengan bentuk huruf dan warna yang dipakai itu didaftarkan untuk kelas 16 dan 61.
"Sebanyak 16 berkaitan dengan penerbitan buku Merdeka Belajar. Lalu 61 berkaitan dengan pelatihan yang dilakukan kampus guru Cikal dan komunitas Cikal. Jadi jauh sebelum Mas Nadiem Makarim jadi mendikbud, sebelum Merdeka Belajar jadi nama yang digunakan Kemendikbud," terangnya.
Najelaa secara tegas mengatakan, penggunaan Merdeka Belajar oleh Kemendikbud tidak ada kompensasi atau royalti.
Apakah akan ada tuntutan, Najelaa memastikan tidak ada niatnya untuk meraih keuntungan komersial atau menggunakan anggaran pendidikan.
"Kenapa baru tahun 2020 keluar? Karena pendaftaran merek itu prosesnya lama sejak 2018 dan baru keluar 2020. Di dokumen sudah jelas dilakukan bukan tahun 2020. Namun, penerbitan buku dan pelatihan. Mudah-mudahan kekhawatiran masyarakat terjawab," ucapnya.
"Apa Kemendikbud sudah minta izin, sudah saya izinkan tanpa royalti. Saya ingat di salah satu sidang Komisi X, Pak Rano Karno pernah menanyakan ini. Jadi beliau sudah dengar dan tahu. Di pertemuan itu beliau menjawab ada insipirasi dari Cikal dan sekolah lain yang menerapkan Merdeka Belajar di berbagai daerah," bebernya.
Sebagai dewan pembina di Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSKP), Najelaa mengatakan, sudah bekerja dengan Kementerian/lembaga, sempat bantu di zaman Mendikbud Anies Baswedan, membantu menganalisis data Ujian Kompetensi Guru (UKG). Di masa Mendikbud Muhadjir Effendy, Cikal menyiapkan roadmap PAUD, dan beberapa isu.
"PSPK memang membantu meriset, kegiatan yang bersifat asesmen dan kurikulum. Kami ada MoU resmi dengan kementerian, jadi tidak ada penggunaan dana," tandas Najelaa