Nasi Goreng Jadi Menu Favorit di Maskapai Qatar Airways
"Kalau kami bawa makanan Arab, bisa jadi bahannya tidak ada di sini, jadi kami pikir lebih baik membuat makanan yang terbaik dari kawasan setempat, membawa makanan Indonesia yang terbaik ke dunia."
Sebisa mungkin, makanan yang disajikan betul-betul punya cita rasa otentik, termasuk soal tingkat kepedasannya. Ia tidak mau kompromi soal rasa daripada membuat penumpang kecewa karena hidangan tidak otentik.
"Nasi ayam bumbu bali kalau tidak pedas justru jadi hidangan lain. Kalau penumpang tidak suka pedas, kami punya pilihan lain."
Oleh karena itu, mempertahankan konsistensi rasa menjadi tantangan terbesar baginya. Agar rasanya selalu sama meski dimasak pada hari dan oleh koki berbeda, dia telah menetapkan resep yang betul-betul detil.
"Berapa sendok gula, berapa sendok kecap manis, kami ingin semua porsi rasanya konsisten."
Bukan cuma soal rasa, dia juga harus menganalisis tren makanan agar bisa menyiapkan hidangan sesuai dengan keinginan penumpang. Kendati biasanya ada beberapa pilihan makanan di setiap penerbangan, persentasenya tidak selalu harus 50:50.
Dia akan menyiapkan porsi hidangan terbanyak sesuai popularitas makanan. Data bisa dilihat dari menu apa yang paling banyak disantap di penerbangan. Demografi penumpang juga turut mempengaruhi jenis makanan yang diinginkan.
"Kalau banyak yang suka daging sapi, kami siapkan 60 persen daging sapi, 30 persen daging ayam dan 10 persen mie. Kalau banyak yang protes karena makanan yang diinginkan habis, kita akan beradaptasi dan mengubah sesuai permintaan." (antara/jpnn)