Nasib LRT Jakarta Kian Tak Jelas, Ini Penyebabnya
jpnn.com, JAKARTA - Nasib proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta fase I Kelapa Gading-Velodrome kian tidak jelas. Kementerian Perhubungan tak kunjung menerbitkan izin operasi untuk sarana transportasi berbasis rel tersebut..
Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang melihat hal ini sangat wajar. Pasalnya, setiap kesiapan baik dari sarana dan prasarana belum ada yang dikatakan siap digunakan.
"Velodrome Rawamangun ya, izin operasional itu sulit karena prasarana masih belum siap, lalu untuk sarana juga belum siap, stasiun belum selesai semua makanya untuk perizinan belum dikeluarkan," jelas Deddy kepada JawaPos.com, Sabtu (18/8).
Menurutnya, waktu pengerjaan yang terus tertunda-tunda menjadi alasan terbesar. Terlebih pada Oktober 2017 sempat ada peristiwa crane proyek LRT yang terjatuh di kawasan Kelapa Gading sehingga menambah molornya waktu pengerjaan
"Pernah ada crane yang dulu jatuh paling tidak sudah mundur sebulan. Kenyataannya juga ketunda-ketunda terus sampai dulu pernah dimoratorium kan, oleh Kemenpupr untuk proyek-proyek konstruksi mohon dihentikan selama waktu tidak ditentukan," terang Deddy.
"Tapi khusus alat Jakpro memang diperkenankan jalan tapi pada kenyataannya di lapangan mereka tetap mundur berhenti menunggu penyelidikan kemenpu dan Polisi lama jadi sampai sekarang mundur," tegasnya.
Maka dari itu, Deddy melihat tidak perlu kaget atas tidak diberikannya ijin operasional LRT karena nyatanya untuk konstruksi sendiri prasarana juga belum siap. "Otomatis tidak sesuai target, tentunya ijin operasional jadi mundur juga," tandasnya.
Sebelumnya, internal PT Jakpro dan Dishub DKI telah melakukan uji coba operasi LRT Kelapa Gading-Velodrome pada Rabu (15/8) lalu. Dua trainset LRV dengan kecepatan 20-40 kilometer per jam melintasi Stasiun Velodrome, Equestrian, Pulomas, Boulevard Selatan, dan berakhir di Stasiun Boulevard Utara.