NATO Bakal Tingkatkan Operasi Militer di Irak
jpnn.com, BRUSSEL - Pakta Pertahanan Atlantik Utara alias NATO akan melanjutkan operasi militernya di Irak. Padahal, baru sebulan lalu aliansi tersebut menangguhkan misinya karena ketegangan di Irak menyusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap seorang petinggi militer Iran awal Januari lalu.
Dalam sebuah pertemuan yang dihadiri para menteri pertahanan negara-negara anggotanya, NATO juga sepakat akan meningkatkan operasi di Irak guna memperingan beban yang dihadapi koalisi pimpinan AS dalam memerangi kelompok militan ISIS.
"Saat ini, para menteri pertahanan menegaskan kembali dukungan mereka bagi Irak dan pada prinsipnya sepakat untuk memperkuat misi pelatihan NATO," tutur Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah konferensi pers pascapertemuan tingkat menteri tersebut di Brussel, Belgia, Rabu (12/2).
"Para menteri juga sepakat akan menjajaki langkah-langkah apa yang dapat diambil di luar langkah pertama ini," imbuhnya, tanpa memerinci jenis atau skala operasi yang dapat dialihkan dari pasukan yang dipimpin AS ke dalam struktur NATO.
NATO saat ini terlibat dalam misi nonperang di Irak, dengan fokus pada pelatihan dan konsultasi untuk pasukan pertahanan nasional dan institusi pendidikan militer Irak. Tim berkekuatan ratusan personel dalam misi tersebut dipimpin seorang komandan dari Kanada.
Misi tersebut sempat dihentikan setelah serangan drone AS menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani, seorang petinggi militer Iran, di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari lalu. Serangan itu memicu reaksi keras, baik dari Irak maupun Iran. Para anggota NATO kemudian menarik sebagian besar personel mereka dari Irak dengan alasan keamanan. (Xinhua/dil/jpnn)