Nayyab Ali, Transgender Nekat Nyaleg di Negeri Pembenci LGBT
Gara-garanya, dia kemayu. Bukan hanya serangan mental, dia juga kerap menjadi sasaran tindak kekerasan dari orang-orang di sekitarnya. Termasuk pelecehan seksual.
Kehidupan Ali mencerminkan penderitaan kaum hijra di Pakistan. Mereka justru sering diperlakukan tidak hormat oleh orang-orang dekatnya. Bahkan, Ali menjadi korban penyiraman air keras oleh mantan pacarnya. Tetapi, itu tidak membuat tokoh yang mengidolakan Bapak Bangsa Pakistan Muhammad Ali Jinnah tersebut putus asa.
Sebaliknya, Ali malah menjadi lebih gigih. Sampai-sampai dia didaulat sebagai ketua All Pakistan Transgender Election Network (APTEN). Dalam komunitas tersebut, Ali sadar bahwa kaumnya tidak mendapatkan tempat yang layak dalam masyarakat.
Tidak ada pekerjaan yang layak bagi kaumnya. Itu membuat para hijra terpaksa bekerja di bidang hiburan. Entah menjadi penari atau penjaja layanan seksual.
Ali tidak mau melestarikan citra buruk yang kadung melekat itu. Karena itu, kendati sulit, dia menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Tentu saja, semua itu terwujud berkat dukungan orang lain. Bagi Ali, pahlawannya adalah sang guru (sebutan untuk transgender senior yang menampung para juniornya).
Dalam konotasi negatif, guru adalah mucikari. Tetapi, tidak semua guru demikian. Contohnya, guru yang menjadi panutan Ali. Sang guru mengizinkan Ali tetap bersekolah tanpa harus mencari uang sebagai penari atau pekerja seks.
’’Saya punya banyak guru. Termasuk Shahid Rasheed yang memberi saya pendidikan gratis,’’ jelas Ali. Dengan penuh perjuangan, dia akhirnya lulus dari Universitas Punjab. Setelah lulus, dia menjadi aktivis yang memperjuangkan hak-hak kaumnya.