Negara-Negara ASEAN Diimbau Bersatu untuk Hadapi Aksi Agresif China
Namun, China bukan hanya bersikeras bahwa sebagian besar wilayah LCS adalah miliknya, tetapi juga melanjutkan taktik greyzone. Filipina menjadi salah satu sasaran, khususnya dalam dua atau tiga tahun terakhir ini.
Sementara itu, Direktur Kerja Sama Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Pertama Eka Satari menekankan pentingnya kerja sama antara aparat penegak hukum dari pelbagai negara.
Menurut Laksma Satari, tak ada satu pun negara yang dapat menangani isu maritim sendirian. Oleh karenanya, dia berpandangan bahwa kerja sama antarnegara sangatlah diperlukan.
Laksma Satari merujuk pada Forum Penjaga Pantai ASEAN (ASEAN Coast Guard Forum) yang dibentuk sejak 2002, sebagai contoh dari kerja sama antara negara-negara di kawasan. Forum itu bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dalam membangun kapasitas, patroli maritime, dan operasi antara instansi penjaga pantai negara-negara ASEAN.
Pentingnya kerja sama antara instansi penegak hukum dan keamanan negara-negara ASEAN juga ditekankan oleh Pakar hubungan internasional Mohammad Riza Widyarsa. Dia menilai kerja sama itu akan dapat meredam prilaku agresif China di LCS.
Menurutnya, kerja sama semacam itu sebenarnya telah terbentuk dalam sekitar sepuluh tahun terakhir. Selain ASEAN Coast Guard Forum, pada 2013 dibentuk ‘Inisiatif Hukum Laut Asia Tenggara’ yang merupakan insiatif instansi penegakan hukum laut Amerika Serikat (AS), Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.
Menurut Widyarsa, kerja sama antar negara-negara di dalam ASEAN sendiri sangat penting dalam menghadapi China dan prilakuk agresifnya, karena mengandalkan kekuatan luar (seperti AS) saja tidaklah cukup.
"Kerja sama antara negara-negara di kawasan sangat penting dan efektif, khususnya ketika sedang dibutuhkan respons yang cepat," katanya. (jlo/jpnn)