Neraka di Eastern Ghouta, Ratusan Ribu Nyawa Terancam
jpnn.com, DAMASKUS - Kejahatan kemanusiaan masih berlangsung di Syria. Kemarin, Kamis (22/2), aksi udara pasukan Presiden Bashar al-Assad dan militer Rusia atas Eastern Ghouta memasuki hari kelima.
Kendati jumlah korban tewas sudah lebih dari 300 orang, aksi ofensif di sarang oposisi itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. PBB pun geram.
’’Eastern Ghouta tidak bisa menunggu lebih lama,’’ kata Sekjen PBB Antonio Guterres, sebagaimana dilansir BBC.
Rabu (21/2), diplomat 68 tahun tersebut mengimbau Dewan Keamanan (DK) PBB segera bertindak. Dia berharap badan terkuat PBB itu bisa merumuskan resolusi terkait gencatan senjata untuk Syria dan menerbitkannya dalam waktu dekat.
Seluruh pihak yang berkonflik di Eastern Ghouta pun diharapkan bisa menahan diri. Menurut Guterres, sekitar 400 ribu warga sipil di salah satu kota satelit di Provinsi Damaskus itu harus segera ditolong. Terutama mereka yang sakit dan terluka.
Saking tingginya kebutuhan, CNN melaporkan bahwa paramedis di Eastern Ghouta terpaksa menggunakan obat-obatan kedaluwarsa untuk merawat para pasien.
’’Ini tragedi kemanusiaan yang terjadi di depan mata kita. Kita tidak boleh diam saja dan membiarkan semuanya makin buruk,’’ ujar Guterres.
Dia meminta DK PBB segera merumuskan resolusi untuk Syria. Intinya, gencatan senjata mesti dicanangkan. Agar bantuan terdistribusi maksimal hingga ke kawasan terpencil, gencatan senjata harus bisa bertahan minimal 30 hari.