Nilai Tukar Rupiah Jeblok karena Salah Kebijakan
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan menyoroti babak belurnya nilai tukar rupiah yang jatuh ke level nyaris Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat. Angka itu terendah sejak krisis 1998. Kondisi ini menurutnya terjadi karena salah kebijakan.
"Tekanan terhadap nilai tukar rupiah utamanya disebabkan kebijakan pemerintah yang kurang realistis sehingga timbul double deficit, trade deficit dan financial deficit," ucap Heri kepada JPNN, Selasa (4/9).
Dia menerangkan bahwa perekonomian Indonesia saat ini mengalami defisit ganda. Di mana defist neraca berjalan mencapai US$ 8 miliar sampai bulan Juli 2018. Sementara utang telah mencapai 34% dari PDB.
Berdasarkan catatannya, nilai tukar rupiah telah turun sebesar 8,7% sejak awal tahun 2018. Padahal Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga sebesar 125 basis points sejak bulan Mei.
Kemudian, intervensi BI juga berdampak pada cadangan devisa yang turun sebesar 10,5% menjadi US$111,9 miliar. BI sendiri telah membeli bond pemerintah sebesar Rp 80 triliun pada minggu lalu untuk menurunkan 10-year yield yang telah mencapai 8,094%.
Di sisi lain, politikus asal Jawa Barat ini menyebut penguatan dollar AS menimbulkan kekhawatiran terhadap kemampuan Indonesia membayar utang dalam dollar.
Politikus Gerindra ini mengatakan, timbul double deficit, yakni trade deficit dan financial deficit disebabkan antara lain oleh subsidi BBM semakin tinggi, membanjirnya impor, pembiayaan infrastruktur dalam mata uang asing, dan defisit APBN yang dibiayai utang (termasuk dalam mata uang asing).
Untuk itu dia menyarankan beberapa kebijakan untuk segera diambil oleh pemerintah. Di antaranya memotong anggaran belanja secara signifikan, dan menurunkan defisit anggaran agar menurunkan prospek CA deficit dan memberikan imunitas pada ekonomi.