Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Nyawa Seorang Warga AS Jauh Lebih Bernilai ketimbang Ratusan Syria

Ketika Jurnalis Menjadi Alat Propaganda Kekejaman Militan

Minggu, 24 Agustus 2014 – 17:01 WIB
Nyawa Seorang Warga AS Jauh Lebih Bernilai ketimbang Ratusan Syria - JPNN.COM
AKSI DAMAI: Seorang warga membawa plakat mengenang James Foley saat demo di Times Square, New York, Amerika Serikat, (23/8). Foto: Reuters/Carlo Allegri

69 Jurnalis Tewas, 80 Diculik
Jurnalis-jurnalis berkebangsaan Amerika Serikat (AS) di area konflik bisa tewas satu per satu. Mereka tewas bukan karena tertembus peluru di medan perang, melainkan dipenggal militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sebab, bukan tidak mungkin ISIS sejatinya telah menculik jurnalis-jurnalis AS, menyembunyikannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk menghabisi mereka.

James Wright Foley baru permulaan. Saat ini ISIS sudah memiliki Steven Joel Sotloff sebagai tahanan. Jurnalis yang pernah bekerja di majalah Time itu menghilang sekitar setahun lalu di Syria.

Keluarganya tidak tahu Sotloff berada di mana. Keberadaan Sotloff baru diketahui seusai ISIS memenggal Foley. Saat itu salah seorang anggota ISIS menegaskan, jika AS tidak menarik pasukannya dari Iraq, Sotloff akan bernasib sama dengan Foley.

Selama ini Sotloff telah bekerja sebagai jurnalis freelance di National Interest, Christian Science Monitor, The Daily Caller, Foreign Policy, MediaLine, dan yang paling baru bekerja di World Affair Journal. Sotloff kerap melaporkan berita-berita dari garis depan. Dia telah menulis tentang Libya pasca ditinggalkan Khadafi serta perang sipil di Syria. Padahal, selama ini Syria termasuk negara yang paling tidak aman bagi jurnalis.

Berdasar data Komite Perlindungan Jurnalis, setidaknya ada 69 jurnalis tewas selama perang di Syria. Selain itu, 80 orang telah diculik. Tidak tertutup kemungkinan sebagian besar adalah jurnalis dari AS.

Saat ini orang tua Sotloff menutup diri dari dunia luar. Mereka menolak diwawancara dan meminta privasi mereka dihargai. Orang tua Sotloff tinggal di Florida. Mereka mengetahui kondisi terakhir Sotloff hanya melalui tweet yang dia kirim pada Agustus 2013.

Sebenarnya sebagian besar anggota Kongres Florida Selatan sudah mengetahui penculikan Sotloff tersebut. Mereka berusaha membebaskan Sotloff bersama dengan tahanan AS lain. Namun, sebelum upaya itu berhasil, ISIS mengancam memenggal Sotloff.

’’Kami melakukan apa pun yang kami bisa. Jujur saja, kami memiliki kemampuan yang terbatas. Kami tidak punya jalur diplomatik dengan ISIS. Mereka adalah kelompok teroris yang kejam,’’ ujar anggota kongres dari partai Republik, Debbie Wasserman Schultz.

James Wright Foley alias Jim tidak akan menjadi pekerja media terakhir yang meregang nyawa di tangan militan Negara Islam alias Islamic State (IS).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close