Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Oesman Sapta: Empat Pilar Benteng Terakhir Pertahanan Bangsa

Sabtu, 26 Agustus 2017 – 19:50 WIB
Oesman Sapta: Empat Pilar Benteng Terakhir Pertahanan Bangsa - JPNN.COM
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta memberikan sambutan di hadapan ratusan masyarakat Gerakan Ekonomi Budaya (Gebu) Minang Provinsi Kalimantan Barat di pelataran Hotel Grand Mahkota, Pontianak, Sabtu (26/8). Foto: Humas MPR

jpnn.com, PONTIANAK - Ancaman budaya asing terhadap keutuhan nilai lihur bangsa Indonesia terus meningkat, seiring arus informasi dari luar yang tidak bisa dikendalikan. Karena itu, bangsa Indonesia tak boleh lengah dan membiarkan nilai-nilai asing, itu merusak budaya bangsa Indonesia.

Karena itu, MPR RI terus melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR. Tujuannya adalah membentengi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dari kerusakan yang diakibatkan masuknya budaya asing. Sosialisasi dibutuhkan, karena banyak anak-anak Indonesia yang lupa atau belum mengetahui Empat Pilar MPR RI.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta di hadapan ratusan masyarakat Gerakan Ekonomi Budaya (Gebu) Minang Provinsi Kalimantan Barat. Acara tersebut berlangsung di pelataran Hotel Grand Mahkota, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (26/8).

Ikut hadir pada acara tersebut Walikota Pontianak Sutarmiji, dan anggota MPR Fraksi Nasdem Prof. Dr. Bachtiar Aly.

Empat pilar, menurut Oesman Sapta adalah pertahanan terakhir untuk mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Empat pilar juga bagian dari fondasi bagi anak-anak bangsa, agar tingkat intervensi asing bisa diminimalisir.

"Melalui nilai-nilai yang ada di dalamnya, MPR berusaha menjaga dan mempertahankan gempuran asing terhadap nilai-nilai bangsa Indonesia,” kata Oso menambahkan.

Sementara itu, Prof. Dr. Bachtiar Aly saat menyampaikan materi Empat Pilar MPR antara lain mengatakan, masalah pancasila sudah selesai sejak Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Karena itu, tidak perlu lagi ribut soal Pancasila.

"Apalagi dikalangan masyarakat Minang. Karena saat Pancasila dilahirkan tokoh Minang ikut meramu Pancasila, sehingga seperti sekarang. Mr. Moh Yamin, adalah orang minang yang ikut meletakkan dasar ke Tuhanan Yang Maha Esa di dalam Pancasila,” kata Bachtiar Ali menambahkan.(adv/jpnn)

Ancaman budaya asing terhadap keutuhan nilai lihur bangsa Indonesia terus meningkat, seiring arus informasi dari luar yang tidak bisa dikendalikan.

Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

TAGS   adv_dpd