Oh Cinta...Enam Kebiasaan Habibie tanpa Ainun
Si genius merasa benar-benar bodoh karena tidak mengetahui bahwa istri yang dicintainya menderita kanker stadium lanjut. Dia bisa membuat pesawat terbang, kereta api, dan kapal laut. Dia juga dikenal dengan temuan-temuannya di bidang kedirgantaraan.
”Tapi tidak mengetahui penyakit Ibu. Dia kesal dan menyesal soal itu,” ungkap keponakan Habibie, Adrie Subono, kepada Jawa Pos.
Di sisi lain, Ainun pun tidak mau mengganggu konsentrasi suaminya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Dia memilih untuk tidak memberi tahu Habibie perihal pernyakitnya itu. ”Ibu selalu bilang dia fine-fine saja. Ibu juga kan sebenarnya dokter,” tambah Adrie.
Dalam kesedihannya itu, Habibie harus bangkit. Dia tidak mau cintanya kepada Ainun yang sudah puluhan tahun dirajutnya dipisahkan maut. Tim dokter dari Jerman dan Indonesia menyarankan Habibie untuk menjalani terapi self-healing.
Kondisi Habibie yang sedang down sangat rentan terserang gangguan emosional yang berdampak negatif pada sistem organ vital. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin Habibie jatuh sakit.
Habibie kemudian memilih menulis sebagai terapi self-healing. Melalui tulisan, Habibie mengungkapkan semua kenangannya bersama Ainun. Mulai kali pertama bertemu hingga akhirnya Tuhan mengambil Ainun. Dua setengah bulan dihabiskan Habibie untuk menyelesaikan buku tersebut.
Adrie, yang terus mendampingi Habibie, mengatakan, dalam kondisi yang masih down, Habibie berusaha menulis. Hati yang terluka membuat Habibie kerap menitikkan air mata saat bercerita tentang Ainun melalui tulisan.
”Dia menulis sambil menangis. Tapi, itulah obat di mana dia mencurahkan kerinduan dan rasa cintanya,” cerita Adrie. Tuhan pun akhirnya menganugerahkan kesehatan kepada Habibie.