Oh Senangnya, Pengungsi Gunung Agung Lahirkan 3 Putra Kembar
Tapi, saat berada di rumah, Gunung Agung yang terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik membuat mereka harus meninggalkan kampung halaman tercinta.
“Itu (gempa dan erupsi) cukup membuat saya dan istri panik dan perasaan waswas. Karena takut akan terjadi apa-apa dengan istri. Akhirnya saya ajak mengungsi di rumah mes Dinas Kesehatan yang diberikan pemerintah,” terang Pasek, pria yang bekerja sebagai buruh bangunan.
Dia mengatakan, saat berada di lokasi pengungsian baru tanda-tanda akan melahirkan itu datang. Dengan gejala sakit perut. Kemudian istrinya dilarikan ke RSUD Karangasem untuk diperiksa.
Namun, dokter menyarankan untuk tetap dirawat inap agar bisa terlahir secara normal di rumah sakit. Hasil analisis medis menunjukkan bahwa istrinya dalam kondisi sangat lemah.
Sehingga disarankan untuk menjalani operasi caesar untuk proses kelancaran kelahiran. Selanjutnya harus dirujuk ke RS Sanglah.
Karena di RSUD Karangasem tak mempunyai alat kesehatan yang memadai. “Semua orang di desa dan keluarga tak percaya, jika Kadek melahirkan tiga anak kembar. Karena saat masa kehamilan di usia tiga berat badan istri kurang dari 40 kg,” ujarnya.
Pasek menceritakan, sejak kehamilan istrinya tak ada firasat apa pun. Semua normal bahkan hasil USG di usia kandungan empat bulan istrinya menunjuk kondisi bayi dan ibu sehat.
Di keluarga tak ada yang melahirkan tiga anak kembar sekaligus. Baru ini yang pertama kali. “Mudah-mudahan kondisi bayi dan ibunya selalu sehat,” ujar Pasek kepada buah hati dan istrinya.