Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ojo Kesusu

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 22 Mei 2022 – 21:13 WIB
Ojo Kesusu - JPNN.COM
Presiden RI Joko Widodo menyampaikan pengarahan pada pembukaan Rakernas V Projo di Magelang, Sabtu (21/5/2022). ANTARA/Heru Suyitno

jpnn.com - Jokowi suka memakai idiom bahasa Jawa ketika berbicara dalam berbagai kesempatan.

Ketika memberi sambutan pada suatu acara, atau ketika memberi wawancara kepada media, idiom-idiom Jawa suka menyelip dalam pernyataan Jokowi.

Banyak di antara idiom-idiom itu yang menjadi populer dan menambah khazanah kosakata politik Indonesia.

Sebagai ‘’wong Solo’’ Jokowi kental dengan logat bahasa Jawa. Sama dengan Pak Harto yang asli Yogya, dua presiden itu sama-sama sering membuat idiom Jawa yang kemudian menjadi bagian dari kosakata politik Indonesia.

Pak Harto terkenal dengan ungkapan ‘’tak gebuk’’ ketika merespons tindakan yang tidak konstitusional. Jokowi kemudian—entah sengaja atau hanya kebetulan—memakai idiom ‘’tak gigit’’, untuk merespons mereka yang melakukan tindakan korupsi.

Pada masa-masa awal pencalonan pada Pilpres 2014, Jokowi terkenal dengan ungkapan ‘’aku rapopo’’ dari kata ‘’aku ora opo-opo’’, artinya ‘’saya tidak apa-apa’’.

Ungkapan ini merespons kritikan dan sindiran—bahkan juga hinaan--sejumlah kalangan terhadap Jokowi. Dengan respons itu, Jokowi berhasil meredam berbagai kritik yang ditujukan kepada dirinya.

Aku rapopo menjadi kosakata politik yang banyak dikutip orang. Para politisi memakai ungkapan itu untuk menjawab kritik.

Pilihan paling rasional ialah Ganjar, tetapi, tentu Jokowi harus realistis dan tidak menutup mata terhadap kemungkinan mendukung calon lain yang lebih potensial

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close