Okan Kornelius Salut denga Kemandirian Warga Binaan di Lapas Perempuan
Dalam kesempatan berbeda Kepala Lapas Perempuan Tangerang Herlin Candrawati mengatakan, pihaknya membuka banyak kesempatan agar kemampuan dan kemandirian warga binaan senantiasa terus berkembang. Untuk itu Herlin mengakui banyak menerima bantuan dan dukungan masyarakat.
“Pembinaan yang kami lakukan tentu tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh masyarakat. Kami sangat percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari tiga pilar Sistem Pemasyarakatan dalam pembinaan warga binaan, yaitu pemerintah, warga binaan dan masyarakat,” kata Herlin.
Dalam berbagai kesempatan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas) Sri Puguh Budi Utami tak pernah henti menekankan jajarannya untuk terus mendorong pembinaan kemandirian warga binaan.
Upaya itu menurut Dirjen Utami fokus pada kegiatan pembinaan kemandirian guna meningkatkan kemampuan diri (life skills) dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya melalui pelatihan keterampilan dan kemandirian.
”Menjadi tantangan tersendiri bagi Ditjen PAS untuk membina dan mengantarkan warga binaan menjadi terampil dan mandiri di tengah-tengah keterbatasan yang ada. Untuk itu jelas diperlukan banyak keterlibatan pihak ketiga, dari Kementerian/Lembaga, LSM, maupun Lembaga Pelatihan Kerja dan para pemerhati pemasyarakatan dalam kegiatan pembinaan. Mulai dari produksi hingga distribusi produk-produk yang dihasilkan di dalam Lapas dan Rutan," kata Utami.
Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang didirikan 1979 dan mulai difungsikan pada 1982. Lapas ini berkapasitas 250 orang. Namun, seperti kebanyakan LP di Indonesia yang mengalami kelebihan kapasitas. (flo/jpnn)