Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Oleh-Oleh dari London untuk Hemat Investasi

Senin, 06 Januari 2014 – 01:01 WIB
Oleh-Oleh dari London untuk Hemat Investasi - JPNN.COM

Langkah untuk mengurangi jadwal di SHIA sudah disiapkan: memindahkan sebagian penerbangan ke Bandara Halim Perdanakusuma. Belakangan ini rapat-rapat koordinasi antara TNI-AU sebagai pemilik bandara, Kementerian Perhubungan, Angkasa Pura II, dan Perum Airnav terus dilakukan. Putusan sudah diambil. Setiap hari sekitar 60 penerbangan bisa dipindahkan ke Halim.

Jumat lalu giliran Angkasa Pura II yang melakukan rapat koordinasi dengan perusahaan-perusahaan penerbangan. Untuk mengecek kesiapan mereka. Ternyata, mereka belum siap untuk merealisasikannya Januari ini. Mereka minta pemindahan itu dilakukan akhir Februari.

Kecuali Citilink. Hanya anak perusahaan Garuda Indonesia ini yang siap memindahkan sebagian jadwalnya ke Halim 10 Januari nanti. "Baik juga Citilink memulai dulu sekalian untuk uji coba," ujar Dirut Angkasa Pura II Tri Sunoko.

Menurut Tri Sunoko, pembenahan ruang tunggu dan fasilitas lainnya sudah selesai. Ruang tunggunya cukup untuk tiga penerbangan setiap jam. Pas dengan izin yang diberikan pihak TNI-AU untuk pemanfaatan Halim yang tidak mengganggu kesibukan TNI-AU di situ. Perusahaan penerbangan di luar Citilink minta waktu sampai akhir Februari karena harus memindahkan sebagian kantor masing-masing ke Halim.

Bagaimana masa depan SHIA sendiri? Selama ini berkembang pemikiran untuk membangun landasan nomor 3. Tapi, kendalanya luar biasa. Terutama karena harus membebaskan tanah 800 hektare. Tanah itu sekarang sudah berupa kampung. Lokasi itu meliputi 13 desa di tiga kecamatan.

Bisakah membebaskannya dengan cepat? Dari pengalaman selama ini, saya realistis saja: sulit. Dan lama. Dan mahal. Bisa-bisa lima tahun ke depan pun belum terbebaskan semua. Itu pun memerlukan dana pembelian tanah yang mencapai Rp 12 triliun. Total biaya bisa mencapai Rp 40 triliun.

Maka, saya memuji langkah Tri Sunoko mengirim staf inti belajar manajemen ke bandara besar. Mereka pergi ke London. Belajar di Bandara Heathrow. Itulah bandara nomor tiga tersibuk di dunia. SHIA sendiri tersibuk nomor sepuluh di dunia.

Bandara Heathrow ini ternyata juga hanya memiliki dua landasan. Sama dengan SHIA. Tapi bisa menampung kesibukan 74 juta penumpang per tahun. Lebih banyak daripada SHIA yang menuju 60 juta penumpang. Hasil belajar ke London ini sangat baik: dengan hanya dua landasan, Bandara Heathrow ternyata bisa melayani seratus pergerakan pesawat setiap jam.

SEMUA penumpang pesawat mengeluh: bukan main lamanya antre terbang di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Teman saya harus berada di dalam pesawat lebih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close