Optimisme dan Transparansi di Piala Presiden Membawa Sepak Bola Indonesia Jadi Industri
"Pernah Ketua SC marah besar karena ada pihak panitia yang diam-diam mau menjalin deal dengan salah satu BUMN yaitu salah satu Bank, tapi itu diektahui SC, sikap tegas ditunjukkan, kemudian ditolak, ini adalah sikap nyata bahwa memang Piala Presiden lepas dari APBN dan meminta sponsor BUMN," tutur sumber terpercaya JPNN itu.
Karena niat baik dan optimisme dari penyelenggara ini, sponsor bukan pergi malah berdatangan. Mereka memberikan dukungan, dan semakin puas karena laporan keuangan terverifikasi oleh auditor yang berkelas dunia.
"Tak ada yang disembunyikan, semua kami buka. Transparansi adalah nama yang melekat di ajang ini," ucap Ara
Optimistis Sepak Bola Indonesia Bisa Menjadi Industri
Penyelenggara Piala Presiden harusnya bukan sekadar selesai tugasnya di ajang tahunan ini. Orang-orang penting dan pimpinan penyelenggara, harusnya juga bisa menularkan ilmu positif ini ke pengelola kompetisi dan juga sepak bola Indonesia.
Bukan sekadar pengelolaan yang profesional, tapi juga kemampuan menunjukkan bahwa sepak bola bisa menjadi industri. Optimis, optimis, optimis, kemudian menyulap sebuah turnamen menjadi industri baru.
Bukan hanya menggerakkan sepak bola ke ranah inndustri yang besar, tapi juga memberikan virus positif karena bisa menggairahkan ekonomi kerakyatan. Berapa tribu pedagang asongan dan PKL yang diberi tempat khusus, berapa puluh ribu lembar jersey yang terjual oleh pedagang, berapa botol minuman dan berapa piring makanan yang habis terjual.
Efek domino ini menunjukkan, transparansi adalah semangat yang membawa optimisme di sepak bola kita. Sepak bola Indonesia siap-siap untuk tinggal landas menuju era industri modern. Piala Presiden mengajarkan optimisme itu kini sudah membuka jalan indistri bola kita. (dkk/jpnn)