Orang Dengan Skizofrenia, Pernah Tanpa Busana Muter Kampung
Rumah Berdaya memang bukan yayasan sosial. Mereka murni perkumpulan ODS di Bali yang bergerak sendiri. Tidak banyak minta, tapi terus berkarya. Dari karya tersebut mereka bisa bertahan.
Berkat karya itu pula mereka mendapat perhatian pemerintah. Termasuk di antaranya bangunan milik Pemkot Denpasar yang dijadikan markas Rumah Berdaya. Juga kendaraan operasional yang setiap hari dipakai Kadek mengantar jemput para ODS.
Semua mereka dapatkan hampir bersamaan. Medio Oktober dan September tahun lalu. Itu pun tidak datang begitu saja. Tapi setelah mereka beraudiensi dengan pemkot setempat.
Semula Nyoman dan Angga tidak bisa bertemu setiap hari dengan ODS lain. Paling cepat seminggu sekali mereka bersua. Itu pun tidak lama. Dua jam. Dari pukul 16.00 sampai 18.00.
Tempat bertemunya adalah kediaman dokter mereka, I Gusti Rai Putra. ”Kumpul-kumpul saja. Satu, dua, sampai tujuh orang,” ucap Nyoman.
Tujuannya tidak lain para ODS semakin terbiasa berkomunikasi. Minimal dengan sesama mereka.
Kalau sudah berkumpul, apa saja bisa mereka lakukan. Mengobrol berbagai hal, bernyanyi, sampai memasak bersama. Diakui Nyoman, itu turut berpengaruh terhadap progres pemulihan ODS. Dia sendiri merasakan langsung.
”Saya juga ODS,” ungkapnya. Karena merasa tertekan dengan tanggung jawab yang diemban sebagai kepala gudang sebuah perusahaan swasta, 16 tahun lalu dia kehilangan kendali.