Pabrik Mobil Wajib Geser ke Jatim
jpnn.com - JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menargetkan penjualan mobil sebanyak 1,25 juta unit hingga akhir tahun ini. Sementara Pemerintah mewanti-wanti agar pabrik otomotif digeser ke Jawa Tengah atau Jawa Timur jika penjualan sudah tembus 1,5 juta-2juta unit.
"Penjualan akan terus terpacu karena kepemilikan mobil masih sangat kecil, hitungannya per 1000 orang kalau di Amerika ada 1.200 unit, artinya dari satu orang punya lebih satu mobil. Di Jepang per 1000 orang ada 582 mobil, Thailand 129 mobil, di Indonesia baru 37 unit jadi potensi pasarnya masih sangat besar," ujar Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi saat membuka pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 di JIExpo Kemayoran, Kamis (18/9).
Dia mengaku pada tahun 2009 pernah memprediksi secara tepat bahwa penjualan mobil di Indonesia perlu empat tahun untuk mencapai 1 juta unit di tahun 2013. Padahal, saat itu penjualan mobil baru mencapai 483 unit.
Diperkirakan dalam 10 tahun kedepan penjualan mobil bias mencapai 3 juta unit, dan terus berkembang menjadi 5 juta unit 10-15 tahun lagi. "Kita perkirakan penjualan akan terus tumbuh terutama di Indonesia timur," ungkapnya.
Lutfi pun mengingatkan para prinsipal otomotif di Indonesia untuk tidak memusatkan lokasi pabriknya di sekitaran Jakarta saja supaya lebih merata.
"Nanti kalau penjualan sudah tembus 1,5-2 juta (unit) seharusnya tidak lagi di Jakarta, pabriknya harus ada juga diluar, seperti Semarang, atau sekitar Surabaya seperti Pasuruan atau Banyuwangi. Terus kalau sudah lewat 3 juta bisa ke Balikpapan di Kalimantan Selatan atau di Sulawesi Selatan yang menjadi basis industri metal," terangnya.
Selain itu, Lutfi juga meminta agar raksasa otomotif tidak melupakan industry kecil dan menengah (IKM) karena produksi mobil memerlukan pasokan ribuan item. "Saya mohon jangan lupakan industri kecil menengah karena akan jadi tonggak utama kedepan. Gaikindo saya ingatkan agar membngun IKM kita lebih maju. Jangan lupa, boleh mobilnya Jepang, investasi Jepang, merek Jepang, tapi suatu hari trennya harus menjadi mobil Indonesia," katanya.
Lutfi menambahkan, karena mobil-mobil asing itu diproduksi di Indonesia, maka masalah perdagangan luar negeri maupun perdagangan bebas (free trade) merupakan tanggung jawab Pemerintah Indoensia. "Neraca perdagangan otomotif kita tercatat surplus di tahun 2013, ekspornya USD 4,5 miliar, impor USD 2,5 miliar. Kita perkirakan lima tahun kedepan ekspor bisa mencapai USD 11 miliar dan menjadi penyumbang terbesar ketiga setelah sawit dan alas kaki," "lanjutnya.
Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Sudirman MR, mengatakan pertumbuhan industri otomotif nasional mengalami kemajuan yang dapat dibanggakan sejak 2006 hingga sekarang. Pertumbuhannya rata-rata 23,4 persen meski menghadapi berbagai hambatan dan persoalan.
"Misalnya harga minyak, tarif listrik, harga gas dan kebijakan moneter yang kurang kondusif. Tapi industri otomotif masih tetap tumbuh," lanjutnya.
Gaikindo mencatat pada 2006 total penjualan mencapai 318.000 unit. Sementara itu, pada 2007 angka ini naik 35,9 persen menjadi 433.000 unit. Grafik kembali naik sebesar 39,3 persen pada 2008 menjadi 603.000 unit. Namun dia mengakui bahwa pada tahun 2009 industri otomotif sempat melemah karena turunnya daya beli masyarakat akibat krisis global. "Pada 2009 totalnya menjadi 483.000 unit atau turun 19 persen karena krisis," tukasnya.
Dirjen Industri Unggul Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menilai pergeseran industry otomotif ke daerah lain sudah seharusnya dilakukan supaya terjadi pemerataan pembangunan ekonomi. Dia memprediksi dalam tiga tahun kedepan angka penjualan 2 juta unit dapat tercapai.