Pakar Ingatkan Dampak Konflik Rusia Vs Ukraina terhadap Krisis Myanmar
Kemudian, Junta Myanmar juga menjustifikasi serangan Rusia lantaran negara itu merupakan negara adikuasa (superpower).
“Saya boleh bilang ini bukan suatu pernyataan seperti negara ASEAN. Kami tidak menglorifikasi superpower. ASEAN sudah meraih pencapaian luar biasa 50 tahun perdamaian,” ujar mantan Ketua Misi Pencari Fakta Independen tentang Myanmar itu.
Dalam kesempatan sama, pakar Politik Luar Negeri Universitas Pertahanan Indonesia Makarim Wibisono mengatakan di antara anggota ASEAN terdapat perbedaan pandangan terkait konflik Rusia-Ukraina yang harus menjadi perhatian.
“Singapura sudah menyatakan posisinya untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, sementara itu Junta Myanmar mendukung Rusia. Vietnam menginginkan adanya dialog. Indonesia, Malaysia dan Filipina mendukung adanya resolusi,” ujarnya.
Sebelumnya, pada 26 Februari 2022, para menteri luar negeri ASEAN telah mengeluarkan pernyataan bersama terkait konflik Rusia-Ukraina.
Para Menlu ASEAN menyatakan sangat prihatin atas perkembangan situasi dan permusuhan bersenjata di Ukraina.
“Kami menyerukan kepada semua pihak terkait untuk menahan diri secara maksimal dan melakukan upaya maksimal untuk melakukan dialog melalui semua saluran, termasuk sarana diplomatik untuk mengatasi situasi, untuk meredakan ketegangan, dan untuk mencari penyelesaian damai sesuai dengan hukum internasional, prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara,” kata para Menlu ASEAN.
Para Menlu ASEAN percaya bahwa masih ada ruang untuk dialog damai untuk mencegah situasi agar tidak lepas kendali.