Pakar Sebut Pergantian Ketum Golkar Seperti Fenomena Blitzkrieg

Menurut Dina, transisi ini memerlukan kepiawaian pemimpin terpilih untuk memastikan agregasi kepentingan konsolidasi, perencanaan strategis dan stabilitas jangka panjang dapat diterima para pihak.
"Itu dilakukan untuk meminimalisir timbulnya disiden dan ketidakstabilan, hingga kecemasan adanya tragedi Ken Arok yang berkelanjutan, ujar Srikandi berdarah Mataram ini," tuturnya.
Dina menyebutbeban berat ketua umum terpilih adalah rakyat yang berharap perlindungan dan keberpihakan pada Partai Golkar yang saat ini menjadi runner up pemilu.
"Tantangan bagi insan Golkar ini dipertebal dengan tidak adanya tradisi patronase atau mengkultuskan individu pemimpin," tegas Dina.
Dina menuturkan, Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia berjanji akan menggerakkan seluruh kekuatan partai untuk menjadi pemenang pertama pemilu di 2029 mendatang. Tentunya dengan tidak meninggalkan satu pun faksi, ormas atau golongan.
Maka, Dina mengatakan, publik menanti komitmen nyata dan langkah strategis yang akan ditempuh Bahlil Lahadalia.
Dina mengungkapkan, tidak mudah memulihkan kepercayaan rakyat dan para kader. Karena itu, jangan sampai efek blitzkrieg hanya sekedar bom waktu.
"Blitzkrieg harus bisa ditindaklanjuti sebagai jalan sungguh-sungguh pembenahan parpol di tengah apatisme masyarakat dan pragmatisme yang menggurita, yang dalam jangka panjang berpotensi menghancurkan partai dan merusak masa depan negeri," ungkapnya.