Pakar Tekankan Pentingnya Peran Komunitas dalam Menangkal Terorisme
"Sejak tahun 2012, banyak upaya pencegahan terorisme yang dilakukan oleh BNPT salah satunya melalui deradikalisme. Strategi ini ditujukan pada kelompok inti dan militan terorisme dengan melaksanakan kegiatan seperti penangkalan, rehabilitasi hingga reduksi," kata Beni.
Penyampaian materi ditutup oleh pandangan dari Prof. Dwia mengenai "Partisipasi Komunitas Dalam Penanganan Terorisme". Beliau menuturkan terorisme saat ini cukup berkembang. Pada tahun 2019, sarang terorisme hanya terjadi pada 10 provinsi di Indonesia.
"Hal ini mengalami perkembangan, dimana untuk tahun 2021 terjadi di 19 provinsi. Penyebab terjadinya terorisme dipengaruhi oleh lingkungan, agama, ekonomi, sosial, politik dan hukum," ucapnya
Lebih lanjut, Prof. Dwia menjelaskan juga terjadi orientasi yang lebih sporadis. Pada medio 2000 sampai 2010, aksi teror lebih berfokus pada objek simbol-simbol Barat seperti Bali dan Hotel JW Marriot.
Aksi teror ini kemudian berubah objek pada yang lebih luas yakni masyarakat sipil. Juga terjadi pola perubahan perilaku dari terorisme berjejaring menjadi terorisme independent.
"Untuk pencegahan dan penanggulangan perlu dilakukan penanganan terstruktur oleh BNPT dan aparat keamanan. Tidak hanya itu, partisipasi masyarakat maupun komunitas dengan pendekatan menyentuh dan simpatik serta beberapa hal lainnya yang dapat dilakukan," ungkap Prof Dwia. (dil/jpnn)