Pakar: TNI Harus Perkuat Pertahanan Cyber
Bisa dibayangkan bagaimana berbahayanya bila peralatan komunikasi maupun senjata yang terintegrasi satu sama lain ini bisa disadap dan diinflitrasi negara lain. Tidak hanya informasi penting yang bisa dicuri, namun dengan remote dari jarak jauh, senjata yang ada bisa saja tidak berfungsi.
“Kita memasuki perang asimetrik. Dimana perebutan dan pencurian informasi strategis menjadi kunci utama menangnya sebuah negara,” katanya.
Dia mencontohkan, Amerika Serikat berhasil masuk ke Iraq tentu dengan bantuan alat dan intelijen canggihnya dalam mengambil serta mengamankan informasi agar sampai ke tujuan.
Kini dengan anggaran kurang lebih Rp120 triliun, TNI diharapkan terus melakukan pembaruan alutsista dan juga penguatan kekuatan cyber mereka. Peningkatan kualitas SDM dan infrastruktur cyber di tubuh TNI niscaya akan banyak membantu dalam menghadapi perang asimetrik ini.
Menurut Pratama, infrastruktur bisa dibeli dari dalam maupun luar negeri, namun juga tak menutup kemungkinan menerima hibah negara lain.
“Soal perangkat militer hibah dari luar negeri sebenarnya tidak ada masalah,” tegasnya.
Namun, menurut dia, TNI hanya perlu melakukan screening ulang untuk mengecek apakah ada hardware maupun software yang ditanam untuk menyadap maupun melakukan kontrol jarak jauh.(boy/jpnn)