Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pamit Pergi ke Sekolah, Pulang Bawa Ikan Tangkapan

Minggu, 27 Oktober 2013 – 09:57 WIB
Pamit Pergi ke Sekolah, Pulang Bawa Ikan Tangkapan - JPNN.COM
Perkampungan Suku Bajo Sampela di Desa Sama Bahari, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Foto: Jawa Pos

’’Misalnya, anak-anak maunya belajar siang, ya kita mulai siang. Pagi ya pagi atau sore juga tidak apa-apa,’’ ungkap Sabir.
Beda dengan sekolah pada umumnya, Sekolah On Off  lebih sering mulai belajar pada sore hari. Biasanya setelah anak-anak puas bermain di laut. Waktu belajarnya pun tidak panjang. Hanya satu hingga dua jam. Meski begitu, guru 34 tahun tersebut berupaya memaksimalkan waktu yang pendek itu di kelas.

’’Yang penting anak-anak tidak bosan belajar. Percuma lama-lama kalau mereka bosan, lalu malas sekolah lagi,’’ papar Sabir.
Sekolah On Off  lebih mengutamakan pelajaran membaca dan menulis. Selebihnya anak-anak diajari cara menjaga kebersihan lingkungan, khususnya lingkungan pantai dan laut. Karena itu, tidak jarang waktu belajar dilakukan di pantai.

’’Malah jarang di kelas. Sebab, anak-anak terbiasa di alam bebas, sukanya ya belajar di pantai atau kadang menyeberang ke daratan,’’ ujar ayah satu putri itu.

Saat ini Sekolah On Off mempunyai 25 siswa. Usia mereka enam hingga sembilan tahun. Sebagian besar anak-anak laki-laki. Mereka dididik dua orang guru.

Selain Sekolah On Off, di Desa Sama Bahari sebenarnya ada dua SD formal, yakni SD Negeri Bajo Sampela dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta Hubbul Wathan. Ada pula SMP Negeri Satap (Satu Atap) Bajo Sampela dan SMA Muhammadiyah Kaledupa. Namun, tidak semua siswa bersedia mencari ilmu di sekolah formal.

’’Karena itu, target kami memang anak-anak yang tidak mau sekolah di sekolah formal,’’ ujar Sabir.
Namun, tidak berarti siswa di sekolah-sekolah formal tersebut juga bebas dari persoalan. Mereka tidak bisa tertib mengikuti jadwal pelajaran seperti siswa di sekolah pada umumnya. Karena dipaksakan, anak-anak suku Bajo itu kerap bertingkah semaunya pada jam-jam sekolah.

’’Jika bosan, anak-anak itu kabur satu per satu saat jam istirahat dan tidak kembali lagi. Mereka ke laut mencari kerang atau gurita,’’ ujar Suhaele.

Suhaele mengakui, anak-anak sukunya merasa terkurung saat bersekolah. Dia juga paham jika mereka cepat bosan dan pulang sebelum waktunya. Para guru pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebelum ada Sekolah On Off, sekolah formal sudah berdiri di perkampungan suku Bajo Sampela di Desa Sama Bahari, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Namun,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News