PAN Minta Menhut Berhati-hati Soal Rencana Mengubah 20 Juta Hektare Hutan Jadi Lahan Pangan dan Energi
Menurut Yohan, pemanfataan teknologi ini sangat penting untuk menghasilkan produk pertanian yang secara kualitas dan kuantitas bisa memenuhi kebutuhan pangan dan energi.
“Misalnya, teknologi pemuliaan benih, modernisasi alat pertanian, peningkatan infrastuktur pertanian, penyuluhan petani, dan kesediaan pupuk yang murah dan mudah diperoleh. Sehingga untuk wujudkan kebutuhan pangan dan bioenergi itu tidak perlu jutaan hutan hektare ditebang menjadi lahan. Karena bisa lewat teknologi pertanian yang tepat, seperti benih unggul padi, jagung, tebu, kelapa sawit, aren, dan lainnya,” katanya.
Presidium Majelis Nasional MN KAHMI ini pun menyampaikan kuncinya adalah kerja sama pemerintah dengan akademisi dan para pakar di bidangnya, bagaimana memanfaatkan teknologi untuk ketahanan pangan dan energi.
“Jadi, untuk ketahanan dan swasembada pangan tidak harus merusak hutan demi buka lahan baru. Kita bisa memaksimalkan lahan yang sudah ada selama ini, dengan memperbaiki irigasi dan memperkuat teknologinya. Tidak perlu ekstensifikasi, cukup dengan intensifikasi pertanian,” pungkas Yohan.
Sebelumnya, Menhut Raja Juli Antoni mengungkap rencana pemerintah jadikan 20 juta ha hutan cadangan jadi lahan untuk pangan, energi, dan air.
Dia menyebut salah satu fokus utamanya budi daya padi gogo atau padi yang dapat tumbuh di lahan kering, dan pohon aren.
Raja Juli memperkirakan ada potensi sekitar 1,1 juta ha lahan yang bisa menghasilkan hingga 3,5 juta ton beras per tahun. Jumlah tersebut, katanya, setara dengan total impor beras Indonesia pada 2023.
Selain itu, pemerintah juga berencana menanam pohon aren sebagai sumber bioetanol.