Pandji Pragiwaksono: Dari Komika ke Sutradara
jpnn.com - Bermain film bukan hal baru bagi komika Pandji Pragiwaksono. Namun, dalam Partikelir yang tayang pada pekan kedua April nanti, dia sekaligus berperan sebagai sutradara dan penulis naskah. Pandji memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan bos Starvision Chand Parwez Servia itu untuk mengeksplorasi bakat filmmaking dirinya.
’’Saya sudah buat orang ketawa dari panggung. Sekarang saya mau buat orang ketawa lewat film,’’ tegas Pandji ketika ditemui di Jakarta Kamis lalu (29/3).
Rumah produksi, kata Pandji, sangat kooperatif. Parwez memberikan ruang baginya untuk membuat cerita komedi sesuai dengan value yang dimiliki. ’’Saya masukkan hal-hal yang menjadi bahan pemikiran saya, baik dalam hidup sehari-hari maupun saat membuat joke sebagai stand-up comedian,’’ papar Pandji.
Selama menggarap Partikelir, Pandji jelas mendapat berbagai ilmu baru. Sebagai sutradara, dia berhak memilih pemain, meski harus tetap berdiskusi dengan produser. Beberapa nama yang digandeng dalam film bergenre buddy cop itu adalah Deva Mahenra (pemeran Jaka) dan Aurelie Moeremans (pemeran Tiara).
Parwez menggandeng Pandji karena ide komedi yang ditawarkan. ’’Saya selalu suka dengan ide baru untuk memperkaya genre komedi,’’ tutur Parwez. Menurut dia, segala gagasan Pandji untuk Partikelir bisa memberikan nuansa komedi dalam film tentang detektif. Isi ceritanya lekat dengan topik sehari-hari, sebuah hal yang diprioritaskan Parwez dalam film-filmnya.
Tren menggandeng komika sebagai filmmaker memang diawali Parwez. Pada 2013, dia mengajak Raditya Dika menulis naskah untuk film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon. Hasilnya oke karena memang dua film itu diadaptasi dari buku Dika. Tahun berikutnya, Starvision mengangkat buku Dika yang lain, Marmut Merah Jambu. Radit kali ini tak hanya menulis naskah, tapi juga sekalian menyutradarai film tersebut.
Sukses mengorbitkan Radit sebagai penulis dan sutradara, Parwez kemudian mengajak komika Ernest Prakasa untuk hal yang sama. Yakni di film Ngenest (2015). ’’Saya kenal Ernest pas dia main di Kukejar Cinta ke Negeri Cina. Dari situ saya punya feel dia bakal sukses sebagai sutradara dan penulis,’’ tutur Parwez.
Kali pertama meminta komika menyutradarai film, tentu Parwez punya rasa waswas. Namun, dia memfasilitasi mereka dengan kru yang kompeten. Dia menganggap rumah produksinya juga bisa menjadi sekolah sehingga siapa pun bisa belajar membuat film.