Pandji Pragiwaksono: Dari Komika ke Sutradara
Menurut pria yang menjadi produser sejak akhir dekade ’80-an itu, komika seperti Ernest dan Radit punya kemampuan membangun suasana komedi di film. Sama seperti ketika menciptakan komedi yang cerdas sebagai stand-up comedian atau penulis buku. Formula meracik komedi itu diyakini Parwez bisa berlaku jika mereka menulis naskah dan menyutradarai film.
Produser kelahiran Tasikmalaya itu mengungkapkan, komika yang digandeng, umumnya, sevisi dengan dirinya. Dalam membuat film komedi, Parwez ingin humor yang muncul tak sekadar slapstick. Tapi harus cerdas dan terkonsep. Juga bisa dinikmati siapa pun, termasuk keluarga.
Di samping itu, komedi harus punya nilai tambah. Misalnya dengan mengangkat budaya lokal seperti film Bayu Skak, Yowis Ben.
Dugaan Parwez tak meleset. Film-film yang ditulis dan dibuat Ernest, Radit, dan Bayu sebagai kru belakang layar terbilang sukses secara materi. Bahkan, beberapa di antaranya mencapai angka jutaan penonton. Itu membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi sutradara dan penulis naskah walaupun sebelumnya tidak mendalami bidang filmmaking.
Selain tiga nama di atas, Parwez pernah mengajak komika Soleh Solihun menggarap film Mau Jadi Apa. Soleh menjadi sutradara bersama Monty Tiwa serta menulis naskah bareng Khalid Kashogi dan Agasyah Karim. ’’Saya merasa belum pandai di filmmaking, jadi minta dibantu. Untungnya Pak Parwez menyetujui,’’ kata Soleh.
Setelah Mau Jadi Apa, Soleh makin pede berkarya di balik layar. Meskipun tetap berkolaborasi dengan Monty. Di bawah bendera Rapi Films, keduanya bakal merilis komedi zombi, Reuni Z, pada 12 April mendatang. ’’Saya yakin kalau Soleh bisa nulis naskah dan membangun komedi karena dia punya pengalaman sebagai stand-up comedian,’’ kata Sunil Santani, produser Reuni Z. (len/c19/na)