Pangeran Diponegoro Kirim Kiai Nursalim yang tak Mempan Ditembak
Setelah Merdeka, Benteng Pendem dikuasai Yon Armed 12/ Kostrad Ngawi. Benteng itu juga menjadi cikal bakal berdirinya kesatuan tersebut. Pada 1992, Yon Armed berencana memindahkan makam kiai M Nursalim ke Makam Pahlawan, namun tidak jadi dilakukan dengan berbagai mitos yang melingkupinya. ‘’Sehingga dipugar saja, dan rutin banyak peziarah yang datang ke sini,’’ paparnya.
Siapa sebenarnya kiai M Nursalim? KH Bisri Mustofa dan adiknya H Mustafid Siroj, keturunan keenamnya, menuturkan jika KH Nursalim merupakan anak dari Kyai Maktub seorang Tumenggung Rojo Niti.
Tumenggung merupakan gelar Kepala Daerah di Jawa kala itu. ‘’Bapak (KH M Syirodj) itu keturunan ke 5 dari KH M Nursalim, jadi saya keturunan keenam,’’ beber Mustafid Siroj.
Kata dia, kakek buyutnya itu merupakan penyebar agama Islam pertama di Ngawi. Dan memiliki pondok pesantren di kompleks Benteng Pendem saat ini.
Berdasar penuturan orang tuanya itu KH Nursalim berperawakan sedang, kulitnya kuning langsat dan berbadan tegap. Dan merupakan sosok anti-Belanda.
Versi keluarganya KH Nursalim meninggal di tempat tersebut sebelum penjajah menduduki Ngawi. ‘’Dulunya Benteng Pendem itu ponpes dan pemakaman para kiyai maupun santri pondok,’’ terang Mustafid.
Makam di wilayah tersebut selanjutnya dipindahkan pemerintahan Belanda yang hendak membangun benteng pertahanan pasca menguasai Ngawi.
Sebagian makam berhasil dipindahkan ke seberang bengawan Madiun yang saat ini masuk Desa Ngawi Purba. Sedangkan makam KH M Nursalim tidak dapat dipindahkan meski sudah berkali-kali digali.