Para Pedagang Sajadah di Tanah Abang Mengaku Sangat Terbantu dengan TikTok Shop
“Kenapa tidak boleh berjualan di media sosial? Padahal terasa sekali bedanya. Orang-orang yang berbelanja di TikTok itu emang sebenarnya tidak niat berbelanja. Hanya saja ketika melihat konten yang kami buat terlihat menghibur, ada sisi humanis yang tersentuh. Mereka juga disuguhkan produk real, bisa melihat khasiat dari produk tersebut secara langsung. Ini yang kemudian membuat mereka tertarik. Yang tadinya cuma scroll cari hiburan, malah akhirnya jadi beli," papar Nadia.
Nadia berani mengatakan hal ini karena dia pernah mengalami mendapatkan jumlah penonton live hanya sedikit.
Itu karena konten yang mereka tampilkan biasa saja. Namun saat digarap serius, dengan menghadirkan sebuah drama, dibumbui hal-hal yang lucu, konten live mereka menjadi lebih menarik.
Kontennya bahkan pernah booming sampai ditonton 3 juta kali.
Sementara seorang affiliator TikTok Shop, Nahda Nabilla setuju dengan Nadia terkait konten menghibur yang menjadi salah satu alasan para pengguna TikTok membeli sebuah produk.
Akun Nahda, yang kini telah memiliki lebih dari 300 ribu followers, kerap menyajikan konten marketing yang sifatnya soft selling.
Ini kerap dilakukan oleh para pengguna TikTok lainnya yang bergabung dalam program affiliate.
"Semua kita awalnya akan struggle untuk bisa live di TikTok. Sebulan dua bulan pertama, kita kayak orang gila, ngomong sendiri di depan ponsel. Malu sih, tapi itu akan ada hasilnya seiring dengan berjalannya waktu dan konsistensi kita. Namun saat melihat keranjang kita terisi, langsung bisa kelihatan dari layar itu juga, kita jadi makin semangat," ujar Nahda.