Para Pesepak Bola dan Keluarganya Juga Butuh Makan
APPI Ingatkan Pemerintah soal Nasib Pemain Profesionaljpnn.com - JAKARTA - Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI) mengingatkan pemerintah agar peduli pada nasib para pesepak bila yang kini tak jelas pasca-pembekuan PSSI yang berimbas pada terhentinya kompetisi. Menurut Kepala Divisi Legal APPI, Jannes H Silitonga, hingga kini banyak pesepak bola di tanah air yang belum menerima hak-hak mereka sebagai pemain profesional.
"Pemerintah menghentikan kompetisi sepak bola yang berakibat kepada penundaan bayaran pemain. Keputusan itu mestinya diikuti dengan tanggung jawab agar para pemain sepak bola dan keluarganya juga bisa makan," kata Jannes dalam diskusi tentang persepakbolaan nasional di DPD RI, kompleks parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (3/6).
Selama ini, lanjutnya, banyak pemain sepak bola yang dikuras tenaganya dan mengalami cedera dalam sebuah pertandingan. Sayangnya, kata Jannes, para pemain hanya mendapat pujian saat menang.
"Tapi kalau kalah dan cedera, tidak ada yang mau bertanggungjawab. Pemerintah atau PSSI harusnya bertanggung jawab," tegasnya.
Jannes menegaskan bahwa para pemain sepak bola profesional tidak hanya butuh kepastian hukum. Sebab, mereka juga butuh jaminan tentang kehidupan sosial dan ekonomi.
“Ingat, masa aktif pemain bola profesional itu hanya rata-rata sepuluh tahun, mulai di usia 19 tahun. Tapi kalau usia produktif ini juga dirampok, siapa yang harus bertanggung jawab?" katanya.
Jannes sebenarnya tak terlalu peduli dengan pembekuan PSSI ataupun operator yang akan menggulirkan kompetisi liga. Hanya saja, katanya, yang terpenting adalah jaminan kepastian bagi pemain. “Para pemain dan keluarganya butuh makan," tegasnya.
Jannes menambahkan, pihak yang berteriak karena kompetisi dihentikan bukan hanya pemain sepak bola. Sebab, para pelatih pun ikut kena imbasnya. "Pelatih juga teriak karena bayarannya juga tertunda gara-gara konflik pemerintah dengan PSSI," pungkasnya.(fas/jpnn)