Parade Gizi Buruk di Sintang
Selasa, 07 April 2009 – 12:49 WIB
Ketika ditemuai, Jeffry yang memiliki berat badan 5,6 Kg kondisinya sangat mengenaskan. Kulitnya tampak keriput dengan tangan dan kaki yang tinggal tulang berbalut kulit. Dimatanya, tampak selaput putih yang membuat siapapun melihatnya menjadi iba. Bahkan, ketika disambangi Jeffy langsung menangis.
Inin ayah Jeffy mengatakan, ketika lahir kondisi anaknya normal seperti anak lainnya. Namun, menginjak tahun ke dua, kondisi kesehatan mulai bermasalah dengan mengalami sakit perut dan mencret. Berhubung tempat tinggalnya jauh dari Puskesmas, ia memutuskan berobat dengan obat-obatan kampung untuk menyembuhnya. “Sebelumnya kita pakai obat kampung dulu, karena untuk membawa ke kecamatan sangat jauh. Bahkan, untuk pergi ke Puskesmas Merakai dengan jarak kurang lebih 16 kilometer, ditempuh berjalan kaki selama empat jam,” kata Inin sambil memberi susu pada anaknya yang sedang digendong.
Walaupun demikian, dirinya tidak putus asa untuk tetap membawa anaknya berobat ke Puskesmas. Namun pengobatan yang dilakukan tak kunjung membawa perubahan kearah yang lebih baik. “Saya ke sini (PPGB, red), cuma dengan anak saya saja. Ibunya baru habis melahirkan anak ketujuh. Jadi belum bisa pergi jauh untuk menemani saya,” jelas Inin.
Sebelum Jefri Yadi, kasus gizi buruk ditemukan pada Alji Karel berusia 22 bulan berasal dari Dusun Tanah Merah, Kecamatan Kayan Hulu. Bocah munggil tersebut mengalami gizi buruk stadium empat. Kini dirawap inap di Pusat Penatalaksanaan Gizi Buruk (PPGB) Sintang. Anak pasangan Jiana (21) dan Habel (26) ini seakan tak berdaya terhadap masalah yang dihadapi. “Sudah berulang kali saya membawa anak kami ke rumah sakit, awalnya ke Puskemas di Nanga Tebidah Kayan Hulu,” cerita Jiana.