Pariwisata Bisa Jadi Core Business Indonesia di Masa Depan
Lantas, apa keunggulan terkuat Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia? Industri apa yang bisa bersaing dan memenangi pertarungan di era global saat ini? Industri apa yang harus didukung oleh semua lini dan akan menjadi andalan Indonesia di masa depan?
Dengan memiliki core business itu, konsentrasi presiden pun tidak terlalu melebar dan bisa lebih fokus untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
Data perolehan devisa Indonesia menurut lapangan usaha, jenis komoditas minyak dan gas bumi cenderung turun drastis. Migas pada 2013 menghasilkan USD 32,6 miliar. Pada 2014 turun menjadi USD 30,3 miliar, dan pada 2015 turun lagi drastis menjadi 18,9 M.
Penyebabnya, harga minyak dunia juga terjun bebas, dari USD 100 per barel, menjadi USD 60, turun lagi USD 50, dan terakhir USD 36. “Maka sudah bisa ditebak, penyebabnya adalah harga jual jatuh, dan target lifting sulit dikejar,” ungkap Arief.
Begitu pula dengan komoditas batu bara atau coal. Pada 2013 devisa dari batu bara masih di angka USD 24,5 miliar. Namun pada 2014 turun menjadi USD 20,8 miliar, dan pada 2015 makin drastis sehingga tinggal USD 16,3 miliar saja.
Sedangkan minyak kelapa sawit (CPO) menghasilan USD 15,8 miliar pada 2013, dan sempat naik menjadi USD 17 miliar pada 2014. Namun, angkanya turun lagi pada 2015 ke USD 15 miliar.
Hal itu berbeda dibandingkan pariwisata yang terus mengalami kenaikan dalam perolehan devisa. Yakni USD 10 miliar pada 2013, lalu naik ke USD 11 miliar pada 2014, dan menanjak ke angka USD 12,6 miliar pada 2015. “Dan cenderung naik, karena industri pariwisata itu sustainable,” ujar Arief.
Masih ada komoditas lain di jajaran 10 besar yang semuanya turun. Sebut saja, karet olahan, pakaian jadi, alat listrik, makanan olahan, tekstil, kertas dan barang dari kertas, kayu olahan dan bahan kiia. Performance-nya, semua sedang lesu dan turun.