Pengusaha Azerbaijan Lirik Pariwisata Indonesia
"Dari USD 19 juta di tahun 2015 menjadi USD 46 juta di tahun 2016. Sebagaimana yang dicatat dan dilaporkan Azerbaijan State Statistical Committee," tegas Doktor lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogya ini.
Dubes Husnan juga menyampaikan, dalam lima tahun terakhir pihaknya mencatat ada 40 kunjungan delegasi resmi antar kedua negara. Tidak termasuk kunjungan pelajar, mahasiswa, akademisi, dan kalangan dunia usaha. Semua menunjukkan hangatnya hubungan persaudaraan antara kedua negara dan masyarakatnya.
Dubes Husnan juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua tim pendukung Indonesia Cultural Festival (ICF) ke-2 ini. "Rangkaian acara yang luar biasa dari tanggal 6 hingga 12 September. Kalian semua gila, sudah membuat Indonesia berkibar mewarnai Azerbaijan," ungkap Husnan saat malam perpisahan dengan Tim dari Indonesia.
Husnan menyebut Tim Kabupaten Lahat hebat. Penarinya tak pernah berhenti diajak foto dengan pakaian adatnya. Juga penari dari sanggar yang ikut di ICF ini. Tim mural juga. Sampai diajak berkolaborasi dengan seniman mural di Baku. Grup musik KunoKini juga oke bisa menghidupkan suasana saat acara di Tepi Laut Kaspia. Tim seminar Multikultural juga mendapat respons yang luar biasa.
"Belum pernah terjadi yang seperti ini. Kedutaan negara lain pun banyak yang memuji ICF ini. Terima kasih semuanya. Terima kasih Tim Daya, JFK, mas Decca dan kawan-kawan. Semoga tahun depan lebih meriah. Kita goyang lagi Azerbaijan," tandas cucu salah satu pendiri Pondok Modern Gontor ini.
Menpar Arief Yahya memuji langkah forum investment meeting yang membuka opportunity berkolaborasi dengan pelaku bisnis di tanah air. Dia mengingatkan bahwa investasi
di sektor pariwisata saat sedang menarik di Indonesia. "Bukan hanya services seperti travel agent, yang sekarang sudah jauh lebih mudah dengan menggunakan digital, tapi ada banyak
peluang bisnis lain," kata Arief Yahya.
Misalnya bidang properti, tetapi based on tourism, seperti berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata? Membangun amenitas dan atraksi, seperti hotel, resort, restoran, theme park, dan lainnya. "Mereka bisa membawa market dari negara-negara
bekas Soviet untuk berwisata di Indonesia," kata Arief Yahya.
Dalam meng-create bisnis berbasis services, kata Arief Yahya, hanya ada 3, yanh biasa dia singakat dengan istilah TTI. Tourism, Trade, Investment. "Pariwisata atau tourism di depan, karena pola hubungan people to people connection jauh lebih kuat daripada organisasi, perusahaan atau bahkan negara. Tourism
itu lebih ke people to people connection, baru masuk ke trade, dan investment," ucapnya. (jpnn)