Pasar Butuh Tambahan Suplai Saham Rp 100 Triliun
”Sebenarnya, kalau mereka mau yield (imbal hasil) sepuluh persen, alokasi ke saham harus naik menjadi 33 persen dari saat ini sebesar 13 persen,” ucapnya.
Hal tersebut menghitung rata-rata pertumbuhan (compound annual growth rate/CAGR) untuk jangka waktu 10 tahun (2016–2026) sebesar 14,79 persen di pasar saham Indonesia.
Bandingkan saja dengan SBN (7,50 persen), obligasi dan sukuk (7,50 persen), dan reksa dana (9,60 persen).
Deposito berjangka bahkan lebih kecil lagi, yaitu 5,06 persen. Produk perbankan lainnya sama, yakni di angka 5,06 persen.
Maka, menurut Tito, potensi pergeseran portofolio investasi ke instrumen saham menjadi sangat besar pada tahun depan.
”Di dunia itu 40–60 persen (alokasi dapen) masuk ke saham. Jadi, kita kekecilan kalau mau yield besar,” tuturnya. (gen/c20/sof)