Pasien Meninggal, Keluarga Mengamuk, Dokter Dianiaya
Dalam penanganan medis ini akhirnya pasien meninggal dan langsung dibawa ke ruang jenazah. Nah di sini lah pihak keluarga merasa ada yang janggal sehingga melakukan protes dan akhirnya melakukan penyerangan kepada beberapa petugas medis.
“Jika pasien sudah berada di rumah sakit, secara klinik yang mengetahui pasien meninggal dan tidaknya itu adalah dokter yang menanganinya di ruang UGD saat itu. Jadi seorang meninggal itu diketahui dari Pupil melebar, denyut jantung berhenti dan itulah yang terjadi pada pasien saat itu sehingga dokter mengatakan meninggal,” jelas Direktur RSUD Abepura dr. Nicodemus Barens , setelah menerima penjelasan dari dr. H yang menangani pasien tersebut.
Namun, pihak keluarga tak menerima dengan meninggalnya korban dan meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit.
Situasi sempat tegang dan informasi yang diperoleh Cenderawasih Pos sejumlah pasien di ruang IGD sempat dievakuasi untuk mengantisipasi aksi massa pihak keluarga.
Untungnya Polisi segera mendatangi lokasi dan mengamankan situasi. "Informasinya seperti itu, ada pasien yang masuk dan dirawat kemudian meninggal. Tapi keluarga pasien tidak terima karena menganggap tubuhnya masih hangat, sehingga melakukan protes dan terjadi pemukulan," kata Wakapolsek Abepura, Kompol James Tegai di rumah sakit.
Ia mengatakan pihak rumah sakit telah mengembalikan jenazah ke keluarga dan akan dilakukan pertemuan lanjutan.
Penutupan IGD ini mengundang kekecewaan bagi keluarga pasien lainnya. Salah satunya adalah Robertus yang akhirnya membawa sang anak yang sesak nafas ke RS Bhayangkara.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr Aloysius Giay M.Kes yang mengunjungi RS Abepura, meminta agar IGD segera dibuka.