Paus Fransiskus Desak Negara-negara Hormati Kesepakatan Iklim Paris
jpnn.com, VATIKAN - Paus Fransiskus mendesak negara-negara untuk memerangi pemanasan global sesuai dengan kesepakatan iklim Paris 2015.
Dia menggunakan pengaruhnya untuk menekankan masalah tersebut, yang termasuk menjadi isu dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.
“Masyarakat modern telah mendorong planet ini melampaui batasnya dan waktu untuk memperbaiki keadaan darurat iklim sudah hampir habis, kata Paus Fransiskus, Selasa.
“Permintaan kita yang terus-menerus untuk pertumbuhan dan siklus produksi dan konsumsi yang tiada henti melelahkan alam. Hutan hilang, tanah lapisan atas terkikis, ladang gagal, gurun bertambah banyak, laut menjadi asam, dan badai meningkat," kata Fransiskus.
Dia menyerukan imbauannya dalam sebuah pesan pada hari Gereja Kristen menandai Hari Doa Sedunia untuk Pemeliharaan Ciptaan.
"Kita perlu melakukan segalanya dalam kapasitas kita untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global di bawah ambang 1,5 derajat Celcius yang diabadikan dalam Perjanjian Iklim Paris, karena melampaui batas itu akan menjadi bencana, terutama bagi komunitas miskin di seluruh dunia," kata Paus.
Presiden AS Donald Trump telah menjalankan proses untuk menarik AS -penghasil emisi gas rumah kaca nomor 2 dunia setelah China--- keluar dari perjanjian yang menyatukan negara-negara untuk mengurangi pemanasan global, dengan mengatakan upaya itu terlalu mahal.
Penantangnya untuk kursi kepresidenan, kandidat Partai Demokrat Joe Biden, mengatakan dia akan mengembalikan AS ke peran kepemimpinan dalam perubahan iklim.
Ia secara tegas mengisyaratkan akan memasukkan kembali negara itu dalam negosiasi iklim pada masa depan untuk memajukan tujuan Perjanjian Iklim Paris.
Paus Fransiskus mengatakan hilangnya keanekaragaman hayati, bencana iklim, dan dampak yang tidak proporsional akibat pandemi virus corona pada orang miskin dan kalangan rentan adalah "seruan untuk bangun dalam menghadapi keserakahan dan konsumsi kita yang merajalela".(Ant/jpnn)