Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Paus–Ayatollah

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 10 Maret 2021 – 08:13 WIB
Paus–Ayatollah - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sistani sebenarnya lahir di Mashhad, kota terbesar kedua di Iran yang amat indah. Lalu bersekolah agama di Qom –kota suci kaum Syiah, sekitar 100 km dari Tehran.

Dari sini Sistani melanjutkan sekolah ke Najaf di Iraq. Sejak itu Sistani menjadi warga Iraq. Tahun 1993 Sistani menjadi Grand Ayatollah di Iraq.

Ia juga masuk 100 tokoh intelektual dunia dan 50 intelektual Islam.

Selama pemerintahan otoriter Saddam Hussein, Sistani menjadi tahanan rumah. Masjidnya ditutup. Setelah Amerika menyerbu Iraq Sistani masuk tokoh pro-demokrasi.

Bahkan ia menyerukan agar wanita ikut memilih. Bagi para suami yang melarang istri pergi ke TPS Sistani berkata: para wanita Syiah harus mengikuti jejak Zainab –putri Sayyidina Ali.

Zainab memang ikut rombongan Hussein ke Najaf –yang kemudian menjadi saksi pembantaian di Karbala, ketika perjalanan 1.000 Km rombongan itu tinggal 70 Km saja dari Najaf.

Umat Kristen adalah kelompok yang paling menderita di Iraq. Mereka berada di tengah konflik antara Islam Syiah (65 persen) dan Islam Wahabi (30 persen).

Apalagi ketika ISIS menguasai Iraq dan Syria. Sistani sangat anti ISIS –mengeluarkan fatwa untuk memerangi ISIS.

Ayatollah mengenakan jubah kebesaran imam besar Syiah: serbahitam. Paus mengenakan jubah kepausan: serbaputih.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News