Pecahan Granat Tertanam di Tubuh, Kuat Renang 300 M
Sabtu, 05 Desember 2009 – 05:26 WIB
"Sebulan kalau saya tidak makan daging, rasanya ada yang hilang," ujar Des yang di darahnya mengalir garis keturunan Dinasti Ming Tiongkok, Maroko, dan Jawa tersebut.Padahal, sisa-sisa perang kemerdekaan masih tertanam dalam tubuh Des. Mulai pecahan-pecahan mortir sebesar butir gula hingga pecahan granat sebesar ujung jari kelingking.
Beberapa pekan lalu, Des baru menjalani operasi untuk mengeluarkan pecahan granat di pinggangnya. "Yang lain masih banyak. Malah yang sebesar butir gula ikut mengalir dalam darah," katanya.Dalam usianya sekarang, ketua Yayasan 10 November 1945 itu tak hanya sehat. Dia juga tak pikun. Segala detail sejarah kemerdekaan Indonesia masih diingat betul. Buktinya, sampai sekarang Des masih kerap mengedit dokumen sejarah. Menurut dia, beberapa tulisan sejarah sering salah. Tugasnya adalah membetulkan lokasi, kejadian, dan orang-orang yang terlibat. Ingatannya masih tajam.
Di rumah, Des juga tidak nganggur. Aktivitasnya masih padat. Tiap hari, dia ngantor di Yayasan 10 November 1945, Jalan Narada, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Kadang, dia juga diajak koleganya untuk diving alias menyelam.Penyelaman yang dilakukan bapak empat anak tersebut tak hanya untuk kesenangan, tapi juga "cari duit". "Saya sering bikin film bawah laut, terus saya jual ke National Geographic atau ke Discovery Channel," jelasnya.