Pelangi Kesepian
Oleh: Dahlan IskanBahwa belakangan Zul kawin lagi untuk kali ketiga, Hermanto tidak tahu. Tidak diberi tahu. Akhirnya ia mendengar: baru nikah siri. Baru sebulan lalu.
Istri ketiga itulah yang kini juga ditahan dengan tuduhan menipu hidung belang (Lihat Disway kemarin).
Saya pun pamit. Harus segera ke bandara. Hermanto terus minta agar saya mau mampir dulu masuk rumah. Saya ikuti permintaannya. Dari kolam lele lewat samping rumah. Banyak bak semen yang kosong. Bak-bak itu aslinya untuk memelihara ikan hias. Untuk dijual.
Ini tipe rumah kampung zaman belakangan. Dibangun sekitar 20 tahun lalu. Ruang tamunya hanya cukup untuk satu set sofa lama yang berimpitan. Saya bersalaman dengan istrinya. Lalu bermain toast dengan anak perempuan 6 tahun itu.
Di dinding sebelah tempat saya duduk banyak foto digantung. Itulah foto-foto Zul saat diwisuda sebagai sarjana sinematografi IKJ Jakarta. Terlihat Hermanto dan istri ikut menghadiri wisuda itu.
Di dinding di seberang saya, terpasang poster film Laskar Pelangi yang sudah dipigura. Sudah mulai dimakan zaman. Zul berada paling depan di deretan bintang film di poster itu. Saya ajak Hermanto berfoto di depannya.
Sepulang dari Jakarta Zul tinggal di rumah itu. Ia belum punya rumah sendiri. Belum punya mobil. Ia punya sepeda motor bebek warna merah. Berarti ada dua sepeda motor di rumah itu.
Selama tidak ada pekerjaan Zul ikut mencangkul di kebun. "Membantu ayah," ujar Zul ketika dilarang ayahnya ikut mencangkul. Zul, katanya, juga sempat jadi pembantu tukang batu. Termasuk jadi tukang cat.