Pemeran Utama 'Tausiyah Cinta' Berusaha Hafalkan 30 Juz Alquran
Untuk mendalami karakter Azka, Hamas mengikuti karantina selama dua bulan di Jakarta. Pria kelahiran 11 Maret 1992 itu bolak-balik dari Surabaya–Jakarta setiap minggu. Hamas terpaksa mengambil cuti kuliah.
”Selama syuting, saya memang harus fokus. Untung, kampus mengizinkan untuk cuti kuliah,” ujar mahasiswa semester VI itu.
Hamas mengatakan, dirinya terjun ke dunia seni peran bukan untuk mencari ketenaran. Anak pertama di antara empat bersaudara tersebut ingin berdakwah. Jika sang ibu sering berdakwah secara langsung maupun melalui dunia politik, Hamas justru ingin berdakwah melalui sarana seni peran.
Sejak kecil, Hamas memang berkeinginan menjadi aktor idealistis. Dengan tetap berpegang teguh pada prinsip seorang muslim yang taat, dia ingin film-film yang dibintanginya membawa dampak atau pengaruh positif bagi masyarakat umum. Khususnya anak-anak muda. ”Sudah banyak film roman picisan. Tapi, jarang yang islami,” katanya.
Dunia peran, bagi Hamas, bukan hal baru. Sejak SMP, dia bermain teater, baik dalam pertunjukan umum maupun lomba. Dalam setiap perlombaan teater yang diikutinya, dia selalu menjadi juara. Salah satu prestasi yang disabetnya adalah juara I English Short Drama Competition dan juara II Teater Dinas Pendidikan Surabaya.
Meski sudah berpengalaman di dunia teater, Hamas mengaku grogi saat kali pertama berakting di depan kamera. Tetapi, setelah beberapa kali mencoba, akhirnya dia terbiasa. Sang ibu menjadi salah seorang pelatih akting pribadinya. ”Belajar akting malah dari ibu. Dulu kan ibu pemain teater,” tambahnya.
Selain itu, Hamas sering menghabiskan waktu dengan melihat film yang diperankan artis idolanya. Antara lain, Shahrukh Khan, Deddy Mizwar, dan Reza Rahadian. Menurut dia, artis-artis tersebut memiliki karakter kuat setiap memerankan tokoh di dalam film yang dibintangi.
"Saya mengidolakan mereka untuk aktingnya saja. Bukan profilnya. Akting mereka sangat berkarakter,” ujarnya.