Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pemerintah Baca Ini! Generasi Kita Terancam Bodoh Karena Asap

Kamis, 03 September 2015 – 14:54 WIB
Pemerintah Baca Ini! Generasi Kita Terancam Bodoh Karena Asap - JPNN.COM
Asap di Riau. FOTO: dok/jpnn.com

jpnn.com - Kondisi asap di Riau kian parah. Asap pun sudah menyusup ke dalam rumah. Pemerintah berjibaku 'katanya' mencari solusi, tapi asap seolah tak mau pergi. Meski disebut kiriman, namun bencana asap ini jelas bukan sembarangan. Generasi hari ini dan yang akan datang, sedang terancam menjadi bodoh karena terus menerus menghirup asap.

 

DIDI WIRAYUDA, Riau

------------------------------------- 
Beberapa bocah penjaja koran terlihat semangat membagikan dagangannya di simpang lampu merah Mal SKA Pekanbaru, meski kabut asap menunjukan kondisi tidak sehat. 
 
Rendahnya kepedulian dan pengetahuan tentang bahaya asap ini juga terlihat dari beberapa pengendara dan masyarakat yang enggan menggunakan masker saat keluar rumah.
 
''Padahal kabut asap ini mengandung zat-zat berbahaya bagi yang menghirupnya,'' ujar Dr Paul L Irawan, yang ditemui Pekanbaru Pos, saat acara pembagian masker gratis oleh RS Eka Hospital di simpang SKA, Rabu (2/9).
 
Ia menjelaskan kabut asap mengandung berbagai bahan polutan seperti particulat matter (PM), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan ozone (O3). 
 
Zat-zat ini memiliki berdampak buruk pada kesehatan bagi setiap orang yang menghirup asap tersebut. Paul mengatakan jika asap tebal menyebabkan suplai oksigen berkurang ke otak, hal ini dapat menyebabkan kinerja otak bayi dan anak-anak berada di bawah batas normal.
 
''Inilah yang disebut dengan retardasi mental, yakni kondisi dimana rendahnya kecerdasan saat anak dibawah umur 18 tahun,'' imbuhnya.
 
Dr Paul menambahkan, yang paling rentan pada resiko retardasi mental ini adalah janin di dalam kandungan dan bayi. Terutama untuk usia kehamilan 3 bulan merupakan masa pembentukan otak. 
 
Sehingga semakin sedikit oksigen yang dialirkan oleh ibu ke bayi, akan semakin menghambat perkembangan otak calon bayinya. Begitu pun halnya dengan bayi yang menghisap asap terus-menerus, masa pertumbuhan otaknya juga akan terganggu.
 
''Hal ini akan terlihat jelas setelah bayi tumbuh besar dan memiliki daya tangkap yang rendah,'' ungkap Dr Paul.
 
Penurunan fungsi otak inilah, kata Dr Paul yang menjadi hal menakutkan bagi generasi masa depan Riau. Karena memang efeknya tidak langsung, namun berlangsung dalam rentang waktu hingga 5 tahun yang akan datang. 

Nah, kata dia, efek yang tak langsung terlihat inilah yang justru sangat menakutkan.
 
''Kalau sudah terjadi kerusakan otak, kita tidak bisa berbuat banyak, dikasih obat tidak akan mempan lagi, karena otaknya sudah terbentuk seperti itu. Nah ini yang ditakutkan dan tidak disadari oleh masyarakat kita,'' terangnya.
 
Hal senada disampaikan Humas Eka Hospital, Nurchaina. Ia menilai selama ini masyarakat banyak berpikir jika asap hanya menyebabkan ISPA saja. Padahal yang paling mengerikan justru adalah retardasi mental yang dapat terjadi pada setiap calon bayi dan bayi yang terpapar asap tebal yang hampir setiap tahun terjadi.
 
''Retardasi mental akan memberikan pengaruh signifikan terhadap masa depan generasi penerus di Riau karena menyebabkan turunnya kualitas SDM,'' tegasnya.
 
Kemudian bagi anak anak, dewasa maupun lansia, zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam asap juga akan menyebabkan timbulnya kanker. 

Karena Kanker disebabkan terjadinya mutasi gen karena sel tubuh membelah lebih dari jumlah yang seharusnya. Sel tubuh yang membelah tanpa terkontrol inilah yang akan menyebabkan kanker.
 
''Salah satunya zat particulat matter (PM), yang merupakan zat berbahaya penyebab kanker. Terutama asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik,'' ucapnya.
 
Masih kata Nurchaina, asap jenis ini bersifat karsinogen terhadap paru-paru karena zat itu akan menembus sampai paru-paru terdalam. Bahkan mengendap di paru-paru. 
 
Nah, partikel-partikel kecil ini merangsang sel-sel membelah lebih cepat. Namun tentu saja pengaruh partikel penyebab kanker dari kabut asap baru dapat terdeteksi setelah rentan waktu 5 hingga 10 tahun.
 
''Kita sangat berharap pada pemerintah, ayo selesaikan masalah asap Riau ini, karena dampaknya sangat luar biasa,'' pungkasnya. (did)

Kondisi asap di Riau kian parah. Asap pun sudah menyusup ke dalam rumah. Pemerintah berjibaku 'katanya' mencari solusi, tapi asap seolah

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close