Pemerintah Diminta Antisipasi Krisis Multidimensi Akibat Pandemi Covid-19
Wasekjen PB HMI Adhi Nur Seto dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa solusi paling efektif untuk mencegah penyebaran paham radikalis adalah dengan dialog.
Adhi mengatakan bahwa kelompok yang mudah terpapar radikalisme adalah kelompok yang eksklusif atau tertutup. Hal ini yang membedakan radikalisme saat ini dengan radikalisme zaman dahulu.
Dulu, lajut Adhi, radikalisme muncul karena ketimpangan sosial sehingga mengharuskan warga untuk melakukan pemberontakan.
“Ideologi tidak bisa mati. Maka jalan untuk mencegah radikalisme itu adalah dengan mengadakan dialog,” kata Adhi.
Merujuk pada situasi pandemi, Adhi melihat ada peluang terjadinya penyebaran radikal di tengah wabah covid-19 yaitu karena adanya kekecewaan publik terhadap pemerintah, ketidaksiapan pemerintah dan kegagapan dalam penanganan wabah seolah menggambarkan pemerintah lambat menangani wabah covid-19.
Untuk itu, Adhi mendorong para mahasiswa dan pemuda untuk mengisi ruang publik yang saat ini justru kosong di tengah pandemi, para aktivis gerakan harus tetap menyuarakan melalui ruang publik seperti media massa, untuk mencegah peluang terjadinya penyebaran radikalisme di tengah wabah.
Sementara itu, Dosen Universitas Pendidikan Ganesha, I Gusti Made Arya mengusulkan adanya semacam program studi religi.
Dalam program tersebut, mahasiswa atau pelajar diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah agama-agama sehingga terjadi pengenalan agama lain sejak dini.