Pemerintah Harus Mendorong Investasi Masuk ke Daerah
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyoroti kondisi ekonomi Indonesia pada 2023 akan cukup berat mengulang kesuksesan pada tahun sebelumnya.
Menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia tahun lalu banyak didorong oleh harga komoditas yang melambung tinggi.
Sebab, sektor konsumsi rumah tangga dan investasi belum mampu pulih seperti saat sebelum pandemi, meski cenderung menguat.
“Lalu kenapa bisa 5,3 persen? Itu banyak ditolong oleh kondisi eksternal. Harga komoditas yang membuat net surplus kita sangat besar, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen,” ujarnya.
Menurut Mohammad Faisal, Indonesia lebih harus bekerja keras untuk menyamai angka pertumbuhan ekonomi pada 2022.
Hal itu disebabkan kondisi eksternal yang masih belum stabil. Beberapa negara besar mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa masih belum sepenuhnya bangkit dari keterpurukan ekonomi. Hal itu sangat berpengaruh pada penurunan faktor permintaan (demand).
"Karena faktor penentunya adalah kondisi eksternal yang justru pada tahun ini mengalami tekanan dari sisi demand, terutama di negara-negara yang menjadi mitra utama, yang juga ekonomi terbesar yang mempengaruhi negara-negara emerging market seperti Indonesia, Amerika, dan Uni Eropa yang mengalami penurunan demand. Artinya ekspor (Indonesia) akan berkurang,” tambahnya.
Kendati demikian, Indonesia masih bisa berharap pada harga komoditas di pasar global. Meski sudah melewati masa puncak, harga komoditas diprediksi relatif lebih tinggi dibanding saat pra-pandemi.