Pemilih Milenial Muhammadiyah Total Dukung Jokowi - Maruf
"Jika dihitung tanpa pemilih undicide voter, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf diprediksi 62.8% dan Prabowo-Sandi 37.2%," ungkapnya.
Danis menuturkan, dalam hasil survei yang dilakukan oleh Indodata juga menunjukkan jumlah masyarakat yang mengaku sebagai NU, Muhammadiyah dan lainnya meningkat 5% sampai 20%.
Keadaan ini memperlihatkan bahwa politik identitas islam berdampak pada asosiasi organisasi keagaaman muslim Indonesia.
"Pemilih muslim memiliki kakter inklusif karena mayoritas aktif pada organisasi lainnya selain organisasi keagamaan. Pemilih muslim Indonesia juga bersifat terbuka dengan mendukung demokrasi di Indonesia," ungkap Danis.
Sementara, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komaruddin menilai, pemilih muslim menjadi magnet dalam Pemilu serentak 2019. Alasannya, islam menjadi pemilih mayoritas di negeri ini. Apalagi, saat ini isu anti islam sangat menguat dalam pemilu serentak ini.
"Bahkan kedua pasangan capres dan cawapres terus mengindentifikasi diri sebagai bagian dari umat islam," ujar Ujang
Ujang mencontohkan, saat kampanye akbar di Gelora Bung Karno (GBK) Minggu (7/4), kubu Prabowo-Sandi menggelar salat tahajud dan shubuh berjemaah.
“Begitu juga Jokowi saat berkunjung ke Papua beliau mencari musholla untuk sholat, bahkan menjadi imam,” ungkapnya.
Namun demikian, Ujang mengatakan, pemilih muslim itu cair. Sehingga, menjadi tugas dari dua pasangan calon (paslon) yang bertarung untuk menjelaskan gagasan terbaik sehingga bisa menarik pemilih muslim. Khususnya, bagi massa mengambang yang belum menentukan pilihan hingga saat ini. "Siapa yang gagasan paling menarik, itu yang akan dipilih mereka," pungkasnya.(jpnn)