Pemko-BP Batam Bentuk Timsus Cegah Galangan Kapal Mati Total
jpnn.com, BATAM - Lesunya industri galangan kapal menjadi persoalan serius di Kota Batam, Kepulauan Riau. Tidak sedikit perusahaan galangan kapal goyang bahkan tutup karena situasi ekonomi global yang belum stabil.
Asosiasi perusahaan shipyard Batam atau Batam Shipyard Offshore Association (BSOA) mencatat, saat ini sudah ada 20 galangan kapal yang tutup karena sepinya pesanan.
“Anggota BSOA itu ada 50, dan 20 perusahaan sudah berhenti produksi,” kata Sekretaris BSOA, Suri Teo, seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.
Sementara 30 perusahaan lainnya mencoba bertahan karena masih menyelesaikan pesanan kapal di tahun lalu. Sebagian lainnya hanya melakukan perbaikan kapal-kapal kecil. Sedangkan mengenai jumlah karyawan, saat ini tinggal tersisa 2.500 orang dari lebih 200 ribu pekerja.
Seperti apa kondisi perusahaan shipyard yang tersisa? Penelusuran Batam Pos di sejumlah industri galangan kapal di wilayah Batuaji dan Sagulung, industri yang sempat jadi andalan ekonomi Batam ini sudah mulai terpuruk sejak 2014. Namun sampai saat ini belum ada solusi atau upaya pemulihan yang tepat dari pihak pemerintah.
PT Citra Shipyard misalkan, saat menyambut kunjungan rombongan wakil Sekretaris Wakil Presiden Sekretariat Negara, Kamis (23/3) lalu, mendetailkan bahwa goncangan industri galangan kapal mulai sudah terjadi sejak tahun 2014. Goncangan tersebut berupa minimnya pesanan pembuatan kapal.
GM PT Citra Shipyard Abi menuturkan, tahun 2013, pihaknya mampu memproduksi seratusan unit kapal dengan mempekerjakan ribuan pekerja. Namun tahun 2014 jumlah tersebut mulai menurun drastis. Hanya 65 kapal yang diproduksi.
Begitu juga tahun 2015, kembali turun jadi 30 kapal. Kondisi yang lebih parah terjadi di tahun 2016 dan 2017, dimana hanya memproduksi lima kapal. Imbasnya ribuan pekerja di-PHK.