Pemulihan Cedera Lebih Baik daripada di Amerika
Laporan Wartawan Jawa Pos Azrul Ananda dari CanberraKamis, 10 September 2009 – 08:50 WIB
Menurut Marty Clarke, pelatih kepala basket pria di AIS, mungkin 40-50 persen pemain di NBL Australia merupakan lulusan AIS. Clarke ?yang juga pelatih tim nasional junior Australia? menjelaskan, dia konstan berkomunikasi dengan asosiasi-asosiasi di berbagai penjuru Australia. Pihaknya terus mencari pemain-pemain muda berbakat, maksimal kelas XI SMA (kalau kelas XII sudah harus siap ujian).Kadang tidak harus pemain paling berbakat, tapi pemain yang dianggap punya potensi besar bila dikembangkan dengan tepat. ?Untuk putra lebih sulit daripada putri. Sebab, pertumbuhan postur putri lebih cepat daripada putra. Kadang, kemampuan pemain putra berkembang pesat di akhir masa remaja,? ungkapnya.
Setiap dua tahun AIS ?merekrut? sekitar 12 pemain putra dan putri untuk pindah ke Canberra. Mereka bersekolah di ibu kota Australia itu dan menjalani latihan khusus pada pagi dan sore di luar jam sekolah. Ada pula camp-camp basket khusus selama empat hari untuk calon-calon pemain lain. Juga ada program bagi pihak-pihak asing yang ingin mendapatkan bantuan pengembangan dari AIS. Baru-baru ini, katanya, ada tim junior Filipina datang untuk menjalani camp di Canberra.
Fasilitas di AIS memang superkomplet. Selain gedung khusus basket berisikan empat lapangan, ada pula pusat rehabilitasi dan pusat kebugaran yang besar dan komplet. Juga ada tempat khusus di mana atlet bisa berlatih dalam cuaca di negara tempat mereka kelak bertanding (misalnya simulasi tropis dan panas).
Dasar nasib baik, di AIS kami bertemu Patrick ?Patty? Mills. Bagi kebanyakan orang, nama itu mungkin belum terlalu dikenal. Tapi, lihatlah dalam lima tahun ke depan, ada peluang nama itu bakal dikenal di berbagai penjuru dunia.