Pemulihan Cedera Lebih Baik daripada di Amerika
Laporan Wartawan Jawa Pos Azrul Ananda dari CanberraKamis, 10 September 2009 – 08:50 WIB
Mills merupakan atlet Aborigin yang sukses. Selama di Australia beberapa kali pula saya bertemu perwakilan organisasi yang bekerja membantu anak-anak Aborigin lewat jalur olahraga. Ada pertemuan dengan Clontarf Foundation di Darwin, yang banyak bekerja di kawasan utara atau barat Australia. Mereka mencoba membantu anak-anak Aborigin yang punya latar belakang sulit atau kekerasan lewat permainan Australian Football. Syarat untuk ikut: Harus masuk sekolah.
Di Marrickville High School di Sydney, saya bertemu National Aboriginal Sporting Chance Academy (NASCA), yang juga melakukan kegiatan lewat Australian Football.
Sebagai informasi balasan, saya pun banyak mempresentasikan DetEksi Basketball League (DBL), selain bicara soal media di Indonesia. Apalagi, misinya agak mirip. Lewat DBL, kami pun ingin mempromosikan konsep student athlete. Kalau mau main basket di liga pelajar terbesar di Indonesia itu, harus selalu naik kelas.
Ketika kami menyampaikan DBL di University of Sydney, ternyata ada sambutan menarik. Anthony Fine, 21, salah satu mahasiswa Indonesian Studies di situ, ternyata pernah nonton langsung pertandingan DBL. Dia menyaksikan final Honda DBL 2009 seri Nusa Tenggara Barat, di Mataram. Dengan antusias Fine mengaku geleng-geleng kepala melihat hebohnya DBL. ?Penonton sampai harus bergantian memenuhi gedung. Saya tidak menyangka ada even olahraga sehebat itu di Indonesia. Di Australia saja tidak seperti itu,? katanya kepada rekan-rekan lain di kelas.