Peneliti Temukan Obat Jet Lag
Sebab ketika Peirson dan rekan-rekan menonaktifkan gen ini pada tikus, kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan paparan cahaya yang terang menjadi berubah secara dramatis.
Peneliti pun berharap temuan ini bisa menjadi cikal bakal obat yang dapat mematikan gen SIK1 dalam tubuh manusia, sehingga kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan waktu bisa meningkat. Termasuk mengurangi efek samping jet lag, selain keinginan tidur siang yang begitu tinggi.
"Jet lag sendiri memang dapat menyebabkan sejumlah efek samping, mulai dari gangguan gastrointestinal hingga masalah pada mood. Begitu juga dengan peningkatan risiko gangguan metabolik, penyakit kardiovaskular hingga kanker, terutama karena gangguan sirkadian jangka panjang akibat jet lag terus-menerus," pungkas Peirson.(fny/jpnn)